Para Pengganti

Agung Satriawan
Chapter #19

Sambutan

Sarjas mandi sebersih-bersihnya di penginapan yang ia sewa. Ia mencukur pula kumis yang sudah bersambung pada janggutnya. Ia sudah sendawa puluhan kali sejak minum arak yang ia beli di kedai di seberang.

Sarjas duduk di tepi jendela yang terbuka. Ia suka penginapan ini. Bangunannya berlantai tiga, menjajar dengan kedai di bagian paling bawahnya, yang sayangnya bagi Sarjas, hanya menjual anggur. Tapi pemandangan dari jendelanya cukup luas. Membuat ia bisa melihat pemandangan sore di balik tembok kota dari atas. Hamparan kebun anggur, kebun zaitun, dan kebun kurma, yang sempat ia lewati sebelum memasuki gerbang kota tampak indah. Para pekerjanya semakin berkurang, seiring senja yang berangsur pergi.

Sarjas merasa terpaan angin Yerusalem lebih sejuk dari semua kota yang pernah ia datangi. Kota di dataran tinggi dan himpitan dua bukit membuat angin seolah berembus dari segala arah. Sarjas bisa melihat atap-atap rumah di segala arah kecuali arah timur yang terhalang tembok kamar sewaannya. Lalu suara orang teriak-teriak terdengar dari luar. Lalu suara anak-anak kecil terdengar jelas sebagai tanda mereka sedang berlarian di jalan-jalan kecil di bawah sana. Sarjas tahu itu karena pekan suci yang orang-orang sedang meriahkan.Lalu tabuhan rebana juga terdengar. Kemeriahan yang berlebihan dibanding pagelaran pekan suci yang pernah ia alami di Perea. Lalu suara serak orang tua terdengar berkali-kali. “Terpujilah Raja Israil! Selamat datang Raja Israil!”

Sarjas sempat mengira Herodus Antipas datang ke wilayah ini. Tapi ia merasa sambutan itu tidak mungkin terjadi. Mulai timbul penasaran, karenanya ia berdiri. Ia menaruh cangkir araknya di tepian jendela lalu berjalan menuju pintu. Saat Sarjas keluar yang menyusuri kamar-kamar lain, suara di luar menjadi samar namun semakin riuh. Menjadi jelas lagi ketika ia mulai menuruni tangga menuju lantai dua dan lantai dasar. Riuh orang yang sedang makan minum di kedai pun turut terdengar, menambah keriuhan dari luar. 

“Akhirnya mereka tiba!” teriak pria tua yang sedang mabuk, membuat rasa penasaran Sarjas semakin menjadi. Ia keluar dari kedai melewati pintu lalu menurui gundukan tangga batu. Seorang anak baru saja berlari melewatinya sambil membawa tangkai pohon palem yang juga dibawa oleh ibunya.

Lihat selengkapnya