Ezar melirik Kayla yang sedang menatapnya. Ada perasaan bahagia karena tatapan Kayla mengandung senyuman bangga terhadapnya. Rasa bangga karena salah satu murid Masiah baru saja merapikan rambutnya hingga mengurai ke bahu. Kayla bilang murid itu adalah Natanail dari Galilea. Murid yang memberitahunya untuk mencukur kumis namun membiarkan janggutnya. Ezar menuruti itu karena tahu itu demi kerapian dirinya saat memasuki Bait Suci nanti untuk doa siang bersama Masiah.
Ia sudah hafal gerakan dan sebagian doanya. Sebagian karena ia masih ingat ayat-ayat Torah yang sering ia dengar saat kecil dulu. Sudah empat kali Ezar mengikuti doa bersama Masiah dan murid-muridnya. Dua kali di depan tenda Masiah, dua kali di Bait Tuhan yang ada di dekat pasar dan kota atas. Ezar bisa melihat rasa tatap haru dalam mata Kayla saat ia akan berangkat dan pulang dari doa bersama. Kayla selalu menanyakan, “Apa yang Masiah ajarkan tadi?”
Ia juga sempat menceritakan tragedi pelemparan batu oleh para murid rabi di dekat Bait Suci dua hari lalu. Ezar jadi salah satu yang terkena lemparan itu, yang untungnya tidak mengenai kepala. Ia bisa merasakan dalamnya kecintaan para murid pada Masiah ketika itu. Mereka saling berebut jadi tameng hidup dari lemparan dan cacian saat menempuh perjalanan kembali ke perkemahan.
Dan sore ini Ezar mendapatkan kesempatan itu. Masuk ke Bait Suci saat hanya ada beberapa rabi yang tak bisa mencegah mereka karena kalah jumlah. Ezar merasakan kesyahduan doa bersama dalam ruangan yang sejuk hingga ia meneteskan air mata ketika bersujud. Lalu sebuah tanya keluar dari mulut Masiah sebelum mereka berdiri.
“Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk ajaran Tuhan ini?”
Ezar mengira itu bagian dari ayat Torah, karenanya ia hanya diam saat murid-murid Masiah sama-sama berucap. “Kamilah penolong-penolong ajaranmu!” yang hanya sempat Ezar ikuti dengan anggukan kesungguhan.
Ezar baru akan berbelok kembali ke jalanan menuju tanah lapang tempat perkemahan, sebelum empat murid Masiah, termasuk Natanail, ternyata terus lurus melewati persimpangan. Mereka terus berjalan melewati rumah-rumah yang hampir setiap pemiliknya yang berpapasan memberi salam pada Masiah. Hingga di persimpangan berikutnya, Ezar melihat Orjan di atas kudanya seperti sedang menatap ke jalan utama. Setelah rombongan Masiah mendekati persimpangan, Orjan kembali memacu kudanya untuk berjalan lebih dulu. Ezar sadar bahwa Orjan sedang menuntun jalan rombongan.
Mereka sampai di persimpangan berikutnya saat gelap tiba. Persimpangan yang menjadi pertemuan jalan utama dengan jalan setapak dan jalan tanah menuju hutan cemara. Jalan tanahnya bercampur bebatuan yang dijeda banyak pohon palem dan kurma. Suara lolongan serigala terdengar samar dari luar tembok kota di kejauhan.
Lima ratus meter selanjutnya Ezar melihat Orjan sudah memegang obor dan turun dari kudanya. Orjan menatap dulu ke arah datangnya Masiah lalu menghadapkan obor ke rumah besar dengan sumur batu di halaman sampingnya. Rumah dengan latar bukit batu yang dikelilingi tanaman hias dan kandang kuda kosong di sisi halamannya.
Ezar tak berani melangkah lebih dulu. Ia menunggu arah langkah Masiah dan para muridnya paling belakangan. Saat hendak menuju teras rumah, langkah mereka terhenti karena dua orang wanita yang keluar dari bangunan kayu di samping rumah. Ezar akhirnya tahu bahwa salah satunya adalah Amira. Ia dan wanita di sebelahnya tampak berjalan mendekati Masiah dan berhenti. Ezar mendengar ucapan Masiah yang berterima kasih. Lalu suara isak tangis dari Amira dan wanita di sampingnya. Ezar ingin sekali mendengar percakapan Masiah dengan Amira, tapi terlalu malu untuk melangkah melewati para murid. Ezar hanya mendengar kata 'menikah' dan 'melahirkan anak' serta ujung ucapan Masiah yang bertanya kesediaan pada Amira yang tak bisa Ezar dengan jawabnya. Masiah dan para muridnya pun lanjut berjalan ke arah teras. Amira dan wanita di sebelahnya pun lanjut berjalan. Ezar menatap Amira saat hampir berpapasan. Ada anggukan kecil ke arahnya yang Ezar balas dengan senyuman. Ia menahan diri untuk bertanya. Hanya bisa berharap Amira menceritakan apa yang dilihatnya kepada Kayla. Tentang ia yang berada sangat dekat dengan Masiah dan murid-muridnya.