Para Pengganti

Agung Satriawan
Chapter #24

Pengajaran

Ezar sudah mengencangkan sabuk dari jubah putih yang Orjan berikan untuk ia pakai dalam pengajaran pertamanya sebentar lagi. Jubah putih yang sama dengan yang dikenakan Masiah dan enam belas muridnya, kecuali Orjan yang tetap menggunakan jubah pendek dengan bawahan celana yang memudahkannya berkuda. Ezar melewati Orjan dan kudanya yang memberinya salam dan tepukan pada pundaknya yang ia balas dengan salam yang sama dan senyum yang meyakinkan. Tidak ada keraguan yang kelihatan dari raut wajahnya saat menyelempangkan tas anyaman berisi gulungan perkamen Torah yang telah lulus uji. 

Pemilik rumah membukakan pintu dari luar. Memberikan anggukan pada Ezar bahwa Orjan baru saja mempersilakannya untuk memulai rencana semalam. Ezar keluar dari rumah pengikut Masiah dengan cepat. Ia berpapasan dengan para petani yang baru pulang dari kebun anggur dan ladang gandum milik Herodus di luar tembok kota. Beberapa menyapanya ramah, beberapa melihatnya dengan sinis. Ezar juga bertemu beberapa penggembala yang baru membuka kandang mereka, setelah seharian menggiring dombanya di perbukitan di luar gerbang kota. Gerbang kota yang namanya Ezar tahu karena pertemuan semalam. Gerbang Emas. Ezar harus melakukan sesuatu dulu sebelum berusaha keluar lewat sana.

Saat langkahnya sampai di depan pasar, Ezar mulai melihat delapan tentara Romawi yang berpatroli dari arah sebaliknya. Di sisi lain, Ezar melihat prajurit Yudea baru saja keluar dari gerbang komplek istana Herodus. Beberapa langsung mengikutinya dengan tatapan sambil berbisik-bisik pada orang di sebelahnya. Pasar masih cukup ramai. Banyak pedagang masih memajang barang dagangan mereka di lapaknya masing-masing, sementara yang lain sedang mengemasnya ke dalam peti kayu lalu ke atas tas pinggul keledai. Sebagian yang lebih mewah menaikannya ke atas gerobak kereta kuda. 

Ezar berdiri di tempat kemarin ia melihat Masiah berdiri. Di sebuah gundukan rumput di dalam taman kecil dengan dua pohon palem di dalamnya. Bedanya, kemarin Masiah dikelilingi para murid dan pengikutnya yang kebanyakan datang dari arah pasar. Ezar membuka lembar perkamen dari tas selempangnya seperti yang biasa Masiah lakukan saat akan membacakan Torah. Dengan lantang ia mulai menyeru dengan suara yang ia mirip-miripi.

“Shema Yisrael Adonai Eloheinu Adonai Ehad!”

Ezar terus mengulangi seruan itu sampai orang-orang memperhatikannya. Beberapa langsung mendekati, sementara yang lain mengabaikannya. Beberapa yang mendekatinya adalah Prajurit Romawi, setelah perwiranya yang berkuda menunjuk Ezar dari kejauhan. Saat itulah Ezar tahu bahwa sudah waktunya untuk turun dari gundukan rumput taman dan berjalan menjauhi arah datang para tentara yang tengah berlari. Ia melangkah cepat ke arah selatan, menyelip di antara kerumunan yang berlalu-lalang, hingga berbelok di persimpangan menuju gang, sebelum para tentara sempat mendekatinya. Ezar baru berjalan lima puluh meter sebelum ia melihat tiga prajurit Yudea yang baru berbelok menuju tanjakan arah Bait Suci. Ketiganya menghunus pedang masing-masing sebelum berbelok ke arah jalan utama. 

“Masiah tertangkap!” teriak seseorang yang ada di dekat persimpangan seberang gudang pandai besi. Teriakan yang Ezar denganr beradu dengan suara tempaan palu pada batang pedang yang masih panas berbara. Pandai besi itu sempat melihat ke arah orang yang berteriak. Ezar mendadak cemas namun masih berharap semuanya berlangsung sesuai rencana. Lalu pria yang berteriak-teriak itu hampir berpapasan dengannya. Keduanya bertabrakan pundak. Pria berjubah lusuh itu menatap Ezar lalu terlihat heran. Matanya membelalak dengan mulut terbuka. Jarinya menunjuk wajah Ezar, lalu berkata terbata-bata.  “Syukurlah kau selamat, Guru!” seru pria berjubah lusuh itu setelah merasa yakin.

Ezar sempat tersenyum pada pria itu sebelum ia membalikan tubuh dan melanjutkan langkah. Saat hendak menyeberangi gang menuju jalan utama, Ezar mendengar keributan selain suara domba mengembik yang sedang digiring masuk kandang oleh seorang anak kecil, dari segerombol prajurit Yudea. Mereka tampak sedang menyeret seorang pria berjubah putih yang langsung membuat pilu perasaan Ezar. Seorang berjubah putih yang sama dengan yang Ezar kenakan. Seorang yang semalam memeluk gurunya seperti yang juga Ezar lakukan. Seseorang yang berusaha melepaskan diri tanpa suara. Matanya bertemu dengan mata Ezar yang berdiri di ujung gang. Dalam usahanya memberontak, pri itu tesenyum pada Ezar, yang dilanjutkan kembali dengan usahanya melepaskan diri. Ezar menghela napas sambil mengingatkan diri bahwa ia mungkin akan mengalami keadaan yang sama. Ia terus menambatkan tekad untuk menunaikan janji, demi sang guru yang dicintai oleh orang yang ia cintai. Ezar sangat tidak ingin Kayla mendapat kabar yang membuatnya kecewa.

Lihat selengkapnya