Narator:
Di suatu pagi, bertempat di pinggiran sawah, para muda-mudi desa sedang bercengkrama, sambil bersiap untuk membantu orang tua mereka, menggarap lahan pertanian.
Sound:
[Suara burung, suasana di sawah pada pagi hari.]
Kinan:
Kamu udah sarapan belum An? Hari ini aku bawa lambangsari. Kamu mau?
Ana:
Iya, terima kasih ya. (Gimik mengunyah dengan kesal, menghela napas panjang dan mengembuskan dengan kasar)
Kinan:
Ada apa sih, An? Tadi aku pikir kamu merengut karena lapar.
Ana:
Bukan. Aku lagi kesal. Lihat deh orang-orang di sana: ibuku, ayahku, juga ayah dan ibumu. Mereka tuh capek nyangkul-nyangkul begitu. Tiap malam tangan dan kaki mereka merasakan pegal-pegal. Aku ga tega Kin!
Kinan:
Ya, mau bagaimana lagi? Namanya juga orang sudah tua. Kekuatannya ga sama dengan sewaktu muda dulu.
Ana:
Tapi mereka ga perlu merasakannya, kalau mesin-mesin pembajak sawah itu benar-benar diberikan ke kita!
Kinan:
Benar juga. Mesin-mesin itu cuma jadi properti, hanya jadi pajangan. Ngakunya, pemerintah ngasih bantuan ke petani seperti kita, nyatanya malah mesin-mesin itu dibalikin lagi. Boro-boro sempat kita pakai.