Narator:
Hari pun berganti. Waktu pertemuan berikutnya pun tiba. Kinan dan Ahmed memimpin diskusi bersama dengan delapan pemuda lainnya. Yang masyarakat tahu, saat ini organisasi pemuda itu, sedang melakukan program rutin, bersih-bersih makam. Padahal, mereka sedang merencanakan aksi rahasia, sebagai lanjutan, dari pertemuan di rumah Arif, beberapa waktu yang lalu. Sayangnya sejak malam itu, Arif dan Ana ditahan. Untungnya Arif bisa membebaskan diri, sehingga ia bisa hadir dalam pertemuan ini, walaupun sedikit terlambat. Tidak seperti Ana, yang sampai saat ini, masih ditahan dan tak bisa kemana-mana.
Ahmed:
Halo… Gimana Mas? Di luar aman kan? Nanti kalau ada orang lewat, langsung kabari ya! Oke Mas?
Kinan:
Gimana? Aman?
Ahmed:
Iya, ini aku baru aja telepon si Mas Bayu. Kan dia yang stand by di luar sana, dekat gerbang makam. Dia bilang tadi, kalau nanti ada yang dirasa membahayakan, dia akan langsung mengabari kita.
Kinan:
Oke, berarti aman. Baik teman-teman. Seperti yang sudah kita tulis, soal daftar praktik nepotisme di desa kita ini. Kita langsung aja bagi tugas. Buat yang nyari bukti korupsi bantuan alat pembajak sawah, siapa? Oh kamu. Oke. Lalu, untuk bukti suap monopoli pupuk, siapa?
Ahmed:
Emh Kinan, jangan lupa tentukan pengumpulannya di siapa, lalu siapa yang menyusun laporan, dan… (gimik menahan kata-kata)
Ah sebentar, hape-ku bergetar. Oh, ini dari Mas Bayu. Sebentar ya?
Halo? Hah? Arif? Iya iya! Oke! Stand by terus Mas, lanjutkan pengamanannya.
Kinan:
Ada apa Met?
Ahmed:
Arif… anu…