Narator:
Kejadian itu memungkinkan warga desa untuk disadarkan. Anak-anak mereka telah direndahkan dan diberi tindak kekerasan. Selama ini warga hanya menurut dan diam oleh tirani. Mereka memaklumi adanya pihak-pihak yang merupakan, bagian dari mereka sendiri, yang menjadi tangan kanan penguasa. Orang-orang yang menindas kalangan mereka sendiri. Tapi sekarang, warga tak lagi terima bila harga diri mereka diinjak-injak. Orang-orang di kantor kelurahan itu adalah orang luar bagi mereka, dan ketua RT juga sebenarnya orang luar. Hanya saja selama ini mereka tidak berani menentangnya. Ana, salah satu anggota, dari organisasi pemuda desa yang masih ditahan, ia pun memanfaatkan keadaan ini.
Ana:
Ayolah Bu. Pak Leman, Bu Siti, Pak Ngardoyo dan Bu Yanti saja, mereka marah karena anak-anaknya disiksa, oleh petugas-petugas itu. Biarkan Ana keluar Bu, biarkan Ana bergabung. Ana dan teman-teman Ana bergerak untuk nasib kita juga Bu, nasib orang-orang di desa kita yang tercinta ini. Sudah sekian lama negara kita merdeka, tapi di desa ini kita masih saja betah dijajah, oleh orang-orang yang merampok kita dari dalam.
Cameo 2 perempuan (ibu Ana):
Ya, sebenarnya Ibu tidak mau Nak. Ibu ingin kita terbebas dari tirani ini. Tapi, kita jangan konyol Nak. Ibu tidak ingin kamu kenapa-kenapa. Ibu juga marah karena harga diri kita diinjak-injak. Tapi ibu sayang sama kamu.
Ana:
Ana sudah besar Bu. Ana mohon izinkan Ana berjuang bersama teman-teman Ana.
Cameo 2 perempuan (ibu Ana):
Kita harus menunggu Nak. Kabarnya warga akan mengacaukan acara pemilu di balai desa besok. Tidak terbayang seperti apa suasananya besok. Waktu di kantor kelurahan, yang hadir baru teman-temanmu, itu pun sudah kacau sekali, apalagi kalau para warga lainnya juga ikut turun besok di balai desa! Jangan sekarang ya Nak. Perjuangan bisa dalam bentuk apa saja, tidak harus dengan berdemonstrasi.
Ana:
Iya Ibu benar. Tidak harus berdemonstrasi. Ana janji tidak akan ikut dalam aksi di balai desa besok. Ana janji Bu. Tapi izinkan Ana berkomunikasi dengan teman-teman Ana, sehingga Ana tahu apa yang bisa Ana lakukan untuk mereka.
Cameo 2 perempuan (ibu Ana):
Baiklah, Ibu kembalikan hape milikmu, biar kamu bisa berkomunikasi dengan teman-temanmu itu.
Ana:
Terima kasih Bu.
Narator:
Waktu berganti. Hari dilaksanakannya pemilu ketua RT pun tiba. Hari yang dinanti-nanti sebagian besar warga, untuk menumpahkan amarah mereka. Mereka sadar, untuk tidak lagi memilih kandidat dari luar, untuk menjadi pemimpin mereka. Apalagi pemilihan itu diadakan dengan persyaratan yang dibuat-buat, untuk kemudian melanggengkan kekuasaan, yang membuat praktik Korupsi Kolusi dan Nepotisme, merajalela di desa mereka.
Cameo 4 laki-laki (petugas kantor kelurahan/petugas pemilu):
Baiklah, semua sudah siap. Tes mikrofon. Tes satu satu satu. Sudah bisa dilanjutkan ya? Baiklah Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu…
Cameo 3 laki-laki (warga):
MANA CALONNYA! KAMI INGIN MELIHAT WAJAH ORANG ITU!
Cameo 4 laki-laki (petugas kantor kelurahan/petugas pemilu):