Semuanya nggak pernah benar-benar berjalan dengan baik.
Setelah obrolan Papa dengan saudara-saudara waktu Imlek beberapa minggu lalu, Papa memang dapat tambahan dana untuk menopang usahanya. Tapi kenyataan ternyata nggak seperti yang kami harapkan.
Inflasi makin naik, rupiah anjlok, IHSG di pasar modal juga merosot dengan besaran sekitar 90% dalam periode yang sama. Itu belum seberapa, dari berita di koran, pemaparan tentang krisis jauh dari apa yang pernah dibayangkan.
Perusahaan-perusahaan udah banyak banget yang melakukan PHK pada karyawannya. Selain karena perusahaannya memang gulung tikar, juga karena ketidaksanggupan perusahaan lagi untuk mengatur biaya produksi dan pengeluaran yang mesti ditanggung.
Keputusan yang diambil Papa sendiri adalah seperti apa yang saya dengar dari Ai malam itu, kalau toko bakal ditutup. Dari jauh hari sebelum usaha Papa bakal disudahi, Papa memanggil karyawan-karyawannya dan memberi tahukan rencana tersebut. Papa bilang kalau bulan Februari ini adalah bulan terakhir mereka bekerja di sini. Papa udah nggak bisa mempekerjakan mereka lagi karena keadaan yang memang sulit.
Sebagai kompensasi, Papa bakal membayar pesangon untuk karyawan-karyawannya. Uang tersebut akan dibayarkan bertahap. Setengah uang pesangon akan dibayar di akhir bulan bersamaan dengan gaji. Setengahnya lagi akan dibagi di bulan kedua dan ketiga, karena harus menunggu uang yang berbentuk barang-barang sembako untuk dijual atau diretur kembali ke supplier.
Reaksi seperti yang Papa bayangkan terjadi. Mereka protes. Karyawan Papa nggak mau dipecat. Mereka tetap minta kerja. Apalagi keadaan ekonomi sangat sulit sekarang. Untuk bisa dapat pekerjaan baru rasanya nggak mungkin. Terlalu banyak perusahaan yang gulung tikar dan berarti kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan baru sangat-sangat sulit. Jumlah pengangguran akibat PHK juga memperparah kondisi.
Papa berusaha menerangkan sebisanya. Memperjelas keadaan yang memang sulit. Tapi, membuat orang-orang tersebut mengerti tampaknya sama sulitnya seperti berusaha melewati krisis ini.
Karyawan-karyawan Papa marah dan nggak terima dengan keputusan yang diberikan. Mereka duduk-duduk, berkumpul, dan saling mengeluhkan nasib. Mama yang melihat keadaan yang nggak kondusif langsung tahu kalau emosi Papa bisa aja naik. Mama berinisiatif memulangkan semua karyawan lebih awal. Toko pun tutup sore itu. Bahkan sebelum matahari tenggelam.
* * *