PARADOKS

Robin Wijaya
Chapter #29

FRAGMEN 2 - CHANDRA. Chapter 13

Saya belum tidur sampai pukul dua belas malem. Nggak biasa-biasanya saya begini. Apalagi di hari sekolah. Tapi malam ini buat mencoba lelap, sama sekali sulit rasanya, bahkan semenit. Terlalu banyak yang saya pikirin. Macam-macam. Saya nggak ngerti gimana cara menghilangkannya. Gimana cara mengalihkan pikiran saya sesaat biar nggak kayak orang bego begini.

Saya coba dengerin lagu yang adem-adem. Nggak berhasil! Nyoba baca komik, dari komik petulangan, action, sampe humor. Nggak berhasil! Saya nonton TV biar ngantuk, ngemil, dan minum yang hangat-hangat. Tetap aja, nggak berhasil! Sampai lewat dari pukul dua pagi, saya baru tidur. Itu pun setelah terlentang nggak jelas di kasur sambil bengong-bengong untuk waktu yang lama.

Paginya, ketika saya siap berangkat ke sekolah seperti biasa. Papa masih istirahat dan nggak bisa beraktivitas hari ini. Mama sama Ai yang rencananya jaga toko. Kakak saya udah berangkat dari pagi karena ada persiapan EBTANAS di sekolah.

Baru aja selesai pakai sepatu sekolah dan mau cabut ke rumah Amri, terus tiba-tiba seorang tetangga datang berlari-lari ke rumah. Mukanya panik. Dengan napas yang masih megap-megap, dia memanggil-manggil Mama.

“Ncik… Ncik… Ayung. Ncik….”

Mama ketularan panik saat mendengar panggilan tersebut bergegas lari meninggalkan dapur. Saya nggak jadi berangkat akhirnya. Karena mau tahu, ada apa sampai pagi-pagi begini tetangga udah datang dengan geger begini. Ai juga ikutan muncul dari dalam kemudian.

“Ada apaan Bang Samat?” tanya Mama pas ngelihat lelaki tersebut ngos-ngosan di ruang depan.

“Ada apaan?” tanya Mama lagi, nggak sabar.

“Toko, Ncik… Toko….” Omongannya yang sepotong-potong, bikin siapapun yang mendengar makin ketar-ketir.

“Toko apaan?”

“Toko punya Ncik…”

“Iya, tokonya kenapa?”

Dia mengusap wajahnya sekali. Keringat di dahinya, pindah ke telapak tangan sekarang. Muka Mama dan Ai udah penasaran banget. Saya juga merasakan hal yang sama.

“Toko Ncik, kebakaran…,” jelasnya, berhasil menyelesaikan kalimat dengan susah payah.

Seketika itu juga wajah Mama mendadak pucat. Ai juga kebingungan. Saya sendiri, nggak tahu harus ngapain. Papa yang tadinya masih tidur, langsung bangun karena dengar suara keributan di luar.

Lihat selengkapnya