PARADOKS

Robin Wijaya
Chapter #30

FRAGMEN 2 - CHANDRA. Chapter 14

Ketika saya sampai di rumah. Saya melihat Mama udah balik. Dia tergeletak lemas di sofa. Nggak ada sepatah katapun yang dia ucapkan, atau bahkan pertanyaan seperti ‘abis darimana Chēn?’ atau apa pun itu yang biasa Mama tanyakan ketika melihat saya pulang.

Mama bungkam. Bukan karena kesal. Saya tahu persis kalo isi kepalanya dipenuhi masalah toko yang terbakar. Saya nggak pernah ngelihat Mama seperti ini. Jadi, begitu melihat keadaan Mama yang kayak gitu, betul-betul bikin saya nggak tega.

Saya emang bukan anak yang nurut. Bukan tipe anak kesayangan keluarga juga. Malah bisa dibilang sangat jarang menunjukkan perasaan sayang ke kedua orang tua saya. Tapi kali ini, saya benar-benar ngerasain yang namanya sayang dan cinta yang nggak pernah bisa saya kasih ke siapapun di dunia ini.

Saya pengin duduk di sebelah Mama rasanya. Memeluk dia dan bilang, ‘Sabar ya, Ma’. Ini benar-benar cobaan terbesar dalam hidup saya. Dan mungkin juga salah satu cobaan terbesar dalam keluarga kami.

Ai yang melihat saya pulang, langsung nyuruh saya makan. Tapi saya nggak merasa lapar sama sekali. Saya pergi ke kamar akhirnya. Saya nggak tahu mesti ngapain sekarang. Pengin rasanya balikin waktu ke beberapa jam sebelum kebakaran terjadi. Saya ada di toko buat mencegah terjadinya kebakaran. Atau paling nggak, bisa memadamkan api sebelum merembet jadi besar. Tapi sayangnya, yang kayak gitu cuma bisa dilakuin sama Doraemon dan Nobita.

Ah, saya ngerasa payah sekali. Saya megangin kepala erat-erat. Ngerasa nggak berguna.

 

* * *

 

Amri dan Bima datang malam harinya setelah kebakaran terjadi. Mereka tahu kasus ini juga rupanya. Sampai pukul sebelas, mereka masih ada di rumah. Amri pulang akhirnya, dan Bima menginap di sini.

Lihat selengkapnya