PARADOKS

Robin Wijaya
Chapter #43

FRAGMEN 3 - BIMA. Chapter 12

Dengung linggis besi yang jatuh ke tanah adalah suara yang gue dengar dari arah Amri berada.

Perang belum berhenti. Gue masih menjejak tubuh si lelaki brewok. Chandra mengangkat kepalanya saat mendengar teriakan Amri yang begitu keras. Tembakan sekali lagi meluncur ke udara. Polisi mendekat.

Mulut gue menganga melihat kejadian di depan mata. Segera, gue meninggalkan tubuh si brewok. Awang langsung mengambil alih, berganti menindih si brewok, menggantikan tugas gue.

Langkah gue terhenti. Di detik yang sama, Chandra sudah tiba. Polisi menyekap keadaan sekeliling agar perang enggak berlanjut. Di tengah-tengah kerumunan dua kubu, Amri duduk memangku sebuah tubuh. Dia menampar-nampar pipi anak bertubuh kurus yang ada di pangkuannya. Dia mengguncang-guncang tubuh tersebut. Berharap dengan cara itu, mata adiknya yang terpejam bisa terbuka kembali. Tapi usahanya sia-sia.

Pagi yang dinodai amukan emosi, telah mengambil nyawa Danu.

Di celah-celah tubuh yang berdiri seperti patung lilin, lelaki itu hadir. Gue enggak pernah melihat beliau gusar atau sedih, tapi kali ini wajah kuatnya berubah lemah.

Hari itu beliau datang sebagai pengaman. Bersama rekan seprofesinya, beliau hendak memberi pengamanan kepada warga sekitar. Niatnya adalah menyudahi perkelahian. Membawa anak-anak muda ini ke kantor untuk diperiksa. Yang bersalah akan diadili, yang lain akan ditahan satu atau dua malam sebelum dikembalikan ke orang tua masing-masing setelah melewati waktu pembinaan.

Tapi kedatangan beliau hari itu sia-sia. Enggak ada lagi kemampuan sebagai pelindung yang selama ini selalu disanggupinya. Karena pagi itu, anaknya tewas di saat dia bertugas sebagai pengaman di tempat yang sama.

* * *

Perang yang pecah telah dilerai. Beberapa orang dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Yang lain dibubarkan secara paksa. Jalan aspal menjadi kotor dan berantakan. Kendaraan sulit melintas. Mobil memilih memutar arah, pengendara sepeda motor yang lewat menengokkan kepala ke kanan dan kiri, melihat kejadian yang baru terjadi.

Danu dibawa ke rumah sakit dengan kendaraan milik polsek. Amri ikut bersamanya. Gue dan Chandra diboyong ke kantor polisi. Pemuda yang mengayunkan linggis pada Danu telah diborgol pergelangan tangannya.

Yang terjadi kemudian, kami mendekam di kantor polisi selama beberapa hari, bersama belasan orang yang lain. Setelah diperiksa, ada penetapan status menjadi tersangka.

* * *

Chandra dan Amri berdiri bersisian. Puing hitam dan garis polisi di sekelilingnya benar-benar telah hilang kini. Berganti dengan bangunan baru. Sebuah bengkel, yang pemiliknya juga berasal dari etnis Tionghoa.

Lihat selengkapnya