Paradoks Waktu: Timeline

Marion D'rossi
Chapter #13

Membangkitkan Kekuatan [2]

Ya, aku teringat kembali masa lalu ketika aku berusia lima tahun. Aku hanya seorang bocah yang selalu sendiri dan tidak ada seorang pun yang berani mendekatiku. Tidak ada yang ingin menjalin pertemanan denganku. Orang-orang selalu mengacuhkanku. Kadang menyiksaku, terus-menerus mem-bully kekurangan di dalam diriku. Bahkan, ibuku pun ikut-ikutan tidak peduli semua hal tentangku. Itu semua karena kekuatan ini, kekuatan yang rasanya sudah sejak lama ada di dalam diriku, tetapi aku baru menyadarinya. Mereka selalu menganggapku sebagai anak iblis. Sebab pernah beberapa kali teman-teman di sekolahku melihatku lenyap tanpa sisa, lalu hanya sekejap mata berpindah tempat ke belakang mereka. Itu hanya karena aku sangat marah pada mereka yang tiada berhenti mencemooh kelemahanku. Sejak saat itulah, aku dianggap anak iblis berwujud manusia.

Ibuku memutuskan untuk tidak merawatku setelah kematian Ayah. Jangan tanya apakah aku sangat sedih. Tentu saja, hatiku begitu hancur mengetahui diriku tidak pernah diinginkan. Aku tidak pernah tahu dari mana semua berawal sehingga aku menjadi orang yang paling diasingkan.

Memang, sejak dulu kekuatan yang diwariskan ayahku ini telah mengundang banyak sekali perhatian orang-orang di sekitarku. Meski begitu, mereka selalu menghardik dan menghinaku. Hingga aku sulit membedakan apakah memiliki kekuatan adalah suatu kekurangan atau kelebihan? Saat perasaan muak di hati menghampiri, emosi merajai hati, dan aku benar-benar menjadi orang yang tidak peduli terhadap apa pun. Oleh sebab itulah kekuatanku sering kali lepas kendali, hingga membawaku ke berbagai macam tempat aneh di dunia ini. Bahkan tempat-tempat yang tidak pernah aku kunjungi sebelumnya. Hingga aku sadar apa yang dilakukan Ayah ketika mengajakku ke tempat-tempat itu adalah sebuah keajaiban. Aku tak mengerti dengan kekuatan. Juga tak percaya diriku dan Ayah punya kekuatan supernatural yang begitu istimewa sebagaimana yang dia katakan. Aku hanya tahu keajaiban selalu datang untuk memenuhi harapan semua orang yang membutuhkannya. Alam yang membawa mereka, membantu orang-orang yang harapannya nyaris tanggal.

“Kekuatan yang kamu miliki ini, Ayah yang mewariskannya. Setahun sebelum kamu lahir, di Desa Tebilin, Ayah menemukan sebuah benda aneh bersama dengan teman Ayah. Benda berbentuk batu kristal yang di dalamnya ada cahaya hijau dan kuning. Sebenarnya Ayah tidak begitu tertarik, tetapi teman Ayah dengan rasa penasaran tinggi, mengajak Ayah untuk membelah batu itu dan mengeluarkan cahaya yang ada di dalamnya.

“Segala hal kami lakukan untuk membelah kristal yang kami temukan. Namun, tidak satu pun benda bisa membelahnya. Suatu ketika, di malam hari, batu kristal itu terbelah dengan sendirinya. Hutan tempat kami membangun tenda tiba-tiba berubah menjadi ruang hampa yang dikelilingi cahaya hijau dan kuning. Kedua cahaya masuk ke tubuh Ayah dan teman Ayah itu. Rasanya seperti tersengat listrik bertenaga tinggi.” Ayahku terdiam sejenak. Mengambil napas yang panjang. Sepertinya mulai mengingat-ingat kejadian yang dialaminya tersebut.

“Setelah itu, apa yang terjadi, Yah?” tanyaku akhirnya, tak sabar mendengar penuturan sang ayah lebih lanjut tentang batu yang ia temukan itu.

Lihat selengkapnya