Wijaya menghela napas sedalam mungkin sembari bersedekap. Dia menunduk sambil berkata, “Di desa ini, ada sebuah goa di arah utara. Dia menyandera gadis itu di sana. Saya hanya bisa membantumu sebatas itu. Selebihnya, kamu harus berjuang sendirian menyelamatkannya.”
“Tapi ... bagaimana caranya saya bisa ke sana?”
“Kamu bisa menggunakan kekuatanmu untuk berteleportasi. Kamu hanya perlu membayangkan tempat kamu ingin pergi. Jika energi di dalam tubuhmu menerima keinginanmu, maka kamu akan segera dikirim ke tempat itu. Jangan lupa, keyakinan adalah sesuatu yang diperlukan untuk mengeluarkan kekuatanmu. Jika kamu tidak yakin, kekuatan itu akan menolak permintaanmu.”
“Andi, tolong, selamatkan Andini!” Air mata Rizka masih berderai hebat. Ia tampak sangat terpukul akibat kehilangan sahabatnya itu. Bahkan dia berkali-kali menghapus jejak air mata di wajahnya, tetapi terus mengalir tanpa henti.
Aku tak tahu apa yang pernah mereka berdua jalani. Yang jelas, aku tahu mereka punya kenangan yang begitu berharga. Satu di antara mereka tidak ingin kehilangan. Dapat kulihat dengan jelas binar matanya yang penuh harap, Rizka memohon dengan sangat. Karena dia sudah membantuku, maka tak masalah untuk membalas kebaikannya tersebut. Lagi pula, aku juga benar-benar geram dengan penculik sialan menyedihkan itu. Seperti tak ada orang lain yang bisa dia culik saja. Sebab kekurangtahuanku tentang hidup Andini, aku juga tak bisa memahami dengan jelas motif dari penculikan tersebut. Jika membutuhkan uang, dia bisa membawa uang sebanyak-banyaknya. Dan Andini pasti akan memberikannya dengan mudah. Gadis itu bukan orang miskin. Ah, bicara tentang pencurian dan pemerasan, sungguh tidak mungkin rasanya di dunia yang sudah serba modern dan tenteram ini. Aku rasa, tindak kriminal di tahun 2050 sudah lumayan berkurang, terutama perampokan. Lagi pula, setiap orang dengan mudah bisa mendapatkan uang. Bahkan saking mudahnya, pemerintah membekali penduduk kota ini dengan gadget. Akan tetapi, tentu saja tindak kejahatan tidak lantas berkurang. Penganiayaan dan penindasan masih terus terjadi seperti yang dialami Andini malam ini.
“Iya, aku janji akan membawa Andini kembali. Aku janji, Rizka ....”