“Andi! Nak! Bangun, Nak!”
Suara itu, aku benar-benar mengenalnya. Itu suara ayahku yang sudah lama meninggal dunia. Sebetulnya, aku tak pernah tahu apa yang menyebabkan ayahku meninggal. Yang jelas, sejak kematiannya, aku memiliki beban yang begitu besar di dalam hidup ini. Seolah-olah, aku dipaksa untuk menghadapi kenyataan pahit, menghadapi semua masalah pelik tanpa sang ayah. Awalnya, aku merasa begitu bosan melanjutkan hidupku. Akan tetapi, di suatu ketika, aku bermimpi tentang ayahku dan dia memintaku untuk terus melanjutkan hidup sebagaimana ketika ia masih hidup dulu.
“Ayah? Aku di mana?”
“Kamu ada di alam bawah sadarmu, Nak.”
“Tapi ... kenapa?”
“Kamu harus mengembalikan ingatan dan kekuatanmu yang hilang, Nak. Kamu harus menyelamatkan kekasihmu.”
“Tapi ... bagaimana caranya?”
“Terima kekuatan itu. Terima hidupmu. Terima semua yang sudah diberikan Tuhan untukmu. Sesungguhnya, hidupmu tidak pernah buruk, Andi. Hidupmu yang telah mendidikmu menjadi lelaki istimewa seperti saat ini.”
“Tidak. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Ayah dan ayah lelaki bertopi. Tolong, jangan sembunyikan kebenaran itu dariku!”
“Jadi, dia telah memberitahumu? Ini hanya kesalahpahaman, Nak. Ayah tidak membunuh teman Ayah sendiri. Dia mati karena ingin melenyapkan kekuatan yang ada di dalam tubuhnya. Ayah Jaya menusuk dirinya dengan sebilah golok, mengalirkan semua kekuatannya. Tapi ... saat itu Jaya yang masih kecil melihat seakan-akan Ayah membunuhnya. Sejak saat itu Jaya menyimpan dendam pada Ayah, lalu mencuri golok yang telah dikubur bersama dengan jasad ayahnya. Kekuatan di dalam golok akhirnya masuk ke dalan tubuh Jaya, karena memiliki gen ayahnya.”