Paradox

Thaliba Faliq
Chapter #3

Calon Profesor

Aku bersiap berangkat setelah laporan pada Ayah dan Ibu tentang paggilan Theo. Aku tinggal sendiri di ibukota. Ayah dan Ibu ada di satu kota kecil di negara bagian di timur. Aku mengambil tas – sebagai formalitas, semua keperluanku sebenarnya sudah tersimpan online di cloud. Di samping pintu keluar aku berhenti, menatap sebuah foto berpigura yang berdiri tegak di meja bundar transparan. Fotoku dan Theo. Aku memandanginya sejenak, mengenakan sepatu lalu berjalan keluar apartemen.

Untuk sampai ke tempat kerja aku harus menunggu di halte taksi kapsul tak jauh dari gedung apartemen berlantai 200 itu. Hanya dengan masuk ke wilayah halte, dataku akan langsung masuk dalam daftar antrean. Butuh paling lama 10 menit untuk mendapatkan taksi kapsul. Perombakan besar-besaran seluruh kebijakan global yang diterapkan sejak beberapa abad lalu membuat warganya harus tertib menggunakan transportasi umum. Tentu saja pemerintah memfasilitasi dengan adanya halte di setiap jarak 500 meter. Sangat mudah. Tak ada lagi warga yang bisa memiliki kendaraan cepat pribadi, kecuali kalau itu hanya sekedar sepeda dan skateboard angin. Energi di planet ini mulai terbatas.

Pemerintahan dunia juga telah berubah drastis. Sekarang hanya ada tujuh negara saja yang tersisa dengan sistem negara bagian. Urut dari negara terbesar adalah Corazon, Gogoan, Silma, Makutu, Dibinta, Letsoho, dan negara terkecil yang kutinggali sekarang, Rigel.

Lihat selengkapnya