19:30. Aku dan Rhea hampir selesai mencoba semua wahana taman bermain kecil ini. Dia menyeretku kesini sebagai pinalti karena aku tak bisa menemani akhir pekannya. Aku tak habis pikir inilah satu-satunya tempat yang melintas di kepalanya untuk mengajakku pergi. Tak cocok lagi dengan usia kami yang sudah ada di pertengahan 26. Tapi aku patuh saja, lagipula selalu menyenangkan menghabiskan waktu dengannya.
Sekarang kami ada di tepian pagar besi yang mengarah ke lautan. Kami menyandarkan punggung setelah lelah berkeliling. Di seberang sana, kami bisa melihat sisi lain kota dengan gedung-gedung heksagonnya yang bercahaya. Di depan kami, bianglala berputar perlahan dengan kerlip lampunya yang memanjakan mata. Di sampingku Rhea masih asik melahap permen kapasnya yang mengembang besar. Aku tersenyum geli, lagi-lagi mempertanyakan umurnya. Dia boleh saja seorang calon profesor muda berbakat di instansinya, tapi di mataku dia tetap adik kecilku.
“Bagaimana kabar Jose?” Rhea tersedak mendengar pertanyaanku. Aku terkekeh melihat responnya yang terlalu mudah ditebak. Aku tahu Rhea tertarik dengannya, tapi dia terlalu keras kepala untuk mengakuinya. Rhea tampak berusaha mengendalikan dirinya, melirikku sebal.
“Baik, sama sepertiku dia pun sibuk dengan tim penelitiannya.” Rhea menjawab senormal mungkin, hanya membuatku semakin ingin menggodanya.
“Kau masih sering mengepang rambutmu?” Aku menyeringai lebar saat melemparkan pertanyaan ini. Aku ingat sekali saat high school Rhea tiba-tiba suka sekali mengepang rambutnya sejak tak sengaja mendengar percakapanku dan Jose tentang tipe gadis. Obrolan klasik anak remaja.
Sepertinya pertanyaanku tepat sasaran. Dia tak menjawab, hanya menggembungkan pipinya yang samar bersemu merah. Aku mencubit kedua pipinya, menarik-nariknya gemas. Dia berontak berusaha melepaskan tanganku dengan menggerakkan kepalanya. Aku makin tergelak melihatnya. Aku baru melepasnya setelah melihat usahanya dengan tangan masih sibuk memegang permen kapas. Dia bersungut-sungut mengusap pipi dengan bahunya.
“Kanna juga ingin bertemu denganmu.” Rhea berkata singkat.