Brainwash.
Astaga itu gila. Ilegal. Tak bermoral. Aku berpikir keras di sela perjalanan taksi kapsul ini. Tadi aku berpamitan kepada Rhea, menjelaskan ada urusan mendesak yang harus disiapkan untuk keberangkatan. Rhea tampak kecewa karena pertemuan kami selesai 15 menit lebih cepat. Aku memeluknya sebagai permintaan maaf. Dia melepasku setelah membalas pelukanku erat.
Aku berhenti di depan bangunan yang telah ditentukan Richard untuk berpindah ke kapsul pribadi yang sudah menungguku - prosedur penting agar markas kami tak terdeteksi oleh jalur kapsul umum. Aku sampai 15 menit kemudian setelah pindah kapsul.
Aku berjalan cepat ke dalam gedung berasitektur cangkang keong itu. Pikiranku penuh pertanyaan. Apa yang mungkin Vento Corp lakukan untuk suku Paria? Jika benar mereka akan melakukan brainwash ke penduduknya, dengan cara apa mereka melakukannya? Bukankah butuh alat yang merepotkan? Jangan tanya bentuk alat itu, tentu sangat mencurigakan. Bagaimana mereka akan melakukannya pada 16.000 populasi di wilayah sekitar 300 km persegi itu? Menyuruh mereka antre berjajar? Tidak masuk akal.
Pencuci otak, dari dulu sampai sekarang alat ini illegal. Alat terakhir yang diamankan pemerintah diambil dari mafia perdagangan anak di ibukota negara Gogoan. Bentuknya seperti bando, dipakaikan ke anak-anak agar mereka menurut melupakan keluarganya, juga merupakan cara jitu untuk membuat mereka berhenti berteriak ketakutan dan menangis memanggil orangtuanya. Itu merupakan misi besar yang dikerjakan dua tim Missing Link sekaligus dua tahun yang lalu. Aku ingat perlu waktu seminggu penuh untuk menyelesaikan penyelidikan itu. Waktu penyelidikan terlama yang pernah dikerjakan Missing Link. Benar-benar mencari dari nol mulai dari keberadaan mafia itu sendiri. Petunjuk dan informasi dari pemimpin negara sangat abu-abu bahkan hitam karena hanya didapat dari bisik-bisik pedagang asongan jalanan. Jika ini lagi-lagi adalah kasus cuci otak, Vento Corp pasti dihukum dua kali lipat lebih berat dari pelaku sebelumnya.
Aku mengusap wajah masih memikirkan kemungkinan-kemungkinan. Aku tiba di pintu keamanan yang menghubungkan dengan ruangan tim kami. Memindai retina cepat untuk membuka pintu otomatis. Di dalamnya Richard dan William sudah sibuk dengan layar-layar besar hologram. Mereka mondar-mandir diatas kursi kerja beroda. Berpindah mengetik di sana-sini, mereka bahkan tidak peduli dengan kedatanganku.
“Bagaimana kau bisa menemukan kata baru itu, Richi?” Aku memulai pertanyaanku.
“Merasa aneh saja, karena mereka tidak sekalian membunuh kita tadi. Padahal mereka tahu kalau kita sudah membongkar rencana mereka. Kecuali itu memang disengaja. Satu lagi, cara Vento Corp menggunakan trik detektif anak-anak cukup menjelaskan kalau kita sedang menghadapi orang yang suka bermain-main. Itu berarti rinderpest dan rice blast bukanlah rencana sebenarnya, atau paling tidak hanya sebagian kecil dari rencana besarnya.” Richard menjelaskan tanpa mengalihkan pandangan dari layarnya. Aku menatapnya takzim.
“Coba lihat layar itu, Theo.” Richard menunjuk salah satu layar tanpa menoleh. Di layar yang lain William sibuk dengan tampilan yang menunjukkan gambar peta dunia penuh dengan garis pola seperti jaring laba-laba.
Aku menuju layar yang ditunjuk Richard. Di sana tertampil history pendanaan Vento Corp untuk kegiatan penelitian berbagai macam bidang. Kesehatan, teknologi telekomunikasi, sosial, lingkungan, dan masih banyak lagi. Aku memindai cepat tabel itu dari atas sampai bawah dan langsung dapat menarik satu kesimpulan. Lima tahun terakhir, Vento corp lebih banyak mendanai kegiatan penelitian di bidang kesehatan dan teknologi.