Paradox

Thaliba Faliq
Chapter #20

Calm Before the Storm

Waktu yang sama di satu tempat dengan beda waktu sembilan jam lebih lambat. 9 Mei 2206, pukul 19:30. Wei Johan duduk di kapsul penumpang yang sudah dipesan dengan orang kepercayaannya – Ruli, si kepala pelayan. Kapsul melesat membelah jalanan utama melewati layar-layar iklan dan susunan bangunan heksagon yang berjajar. Tujuan mereka adalah bandara komersil ibukota negara Gogoan. Mereka akan berangkat ke Rigel malam ini menggunakan pesawat supersonic kelas atas, perlu lima jam perjalanan untuk sampai kesana.

“Jika semuanya lancar kita akan sampai di Rigel saat makan siang waktu setempat.” Tangan keriput si kepala pelayan dengan cakap menggeser layar hologramnya yang berisi lebih banyak data tentang kebutuhan Tuannya daripada dirinya sendiri.

“Tidak masalah kalaupun kita sedikit terlambat dari jadwal. Yang penting benda ini aman.” Wei Johan menepuk saku kemejanya pelan. Mengeluarkan benda sebesar butir kelereng, mendekatakan benda itu ke mata, menatapnya sesaat dan mencoba melihat melalui biru beningnya dengan menutup sebelah matanya. Puas dengan itu, dia memasukkannya kembali ke saku. Ruli mengangguk patuh, mencatat beberapa hal ke memori antingnya.

“Bagaimana dengan tiga orang itu?” Sistem kapsul yang melindungi privasi penumpangnya membuat Wei Johan tak terganggu untuk berbincang masalah ini.

Lihat selengkapnya