Paradox

Thaliba Faliq
Chapter #27

Konfrontasi

Minggu, 11 Mei 2206. Pukul 01:30 dini hari.

Untuk kesekian kalinya aku terbangun. Masih di ruangan luas dengan pencahayaan lebih terang dari yang kukenali di suku ini. Samar, lusinan mata marah yang tertuju pada kami juga tetap mengelilingi. Kali ini mereka tidak memukuliku sampai tak sadarkan diri berulang kali karena tak mau bicara. Aku masih merasakan sakit di tengkuk hasil hantaman seorang pria tua beberapa jam yang lalu. Aku mengabaikan rasa sakit lain disekujur tubuh, lebih memikirkan bagaimana keadaan William dan Tobias sekarang. Kalau mereka tak berhasil, setidaknya kami harus segera keluar dari situasi ini. Aku mengerjap, berhasil menangkap sosok Richard dan seorang lainnya yang diikat sama tak berdayanya di sampingku.

***

Beberapa jam yang lalu. Sabtu, 10 Mei 2206. Pukul 19:45.

Ruang rahasia itu benar-benar ada. Kami mengikuti Akinwole setelah makan malam pukul 19:00 tadi, ini berarti dia kesini lebih awal dari biasanya. Kami bertiga menyelinap keluar dari rumah utama tanpa diketahui Tuan Damian. Kami juga berhasil melewati penjagaan yang tak terlalu ketat di sana. Setelah mengendap melintasi hutan dari batas terlarang ladang bluebell, kami sampai di hamparan bebatuan lapang yang bahkan cukup untuk landasan helikopter. Kami masuk lebih dalam lagi ke dalam hutan setelah melewati wilayah bebatuan itu. Akinwole masuk ke dalam sebuah gubuk gelap yang tampak tak pernah terurus. Hati-hati kami menjaga jarak darinya, beberapa detik kemudian Akinwole menyalakan pencahayaan di dalamnya.

Setengah jam kami menunggu di balik pepohonan dengan berpencar mengelilingi gubuk, tak ada pergerakan. Akinwole masih tetap di dalam gubuk tersebut. William mengirimi kami gambar dari gawai teleskop kecil yang dibawanya. Dia berada paling dekat dengan gubuk. Tak banyak informasi dari gambar yang ditangkap oleh William, lebih karena jendela gubuk itu terlalu kecil. Hanya beberapa gambar Akinwole berlalu-lalang yang bisa kami kenali, selain itu samar. Melalui aplikasi perpesanan dari gawai anting kami, Richard mengenali beberapa wadah yang biasa digunakan untuk penelitian reaksi kimia. Mengetahui perkembangan itu, William memutuskan bergerak lebih dekat ke arah gubuk, mengintai Akinwole. Beberapa menit selanjutnya William terus mengirim gambar streaming pada kami berdua yang terpisah jarak tiap 10 meter. Kami bertiga bercakap melalui aplikasi perpesanan.

Will : Dia punya banyak alat dengan teknologi canggih di dalam.

Theo : Bagaimana dia mendapatkannya? Itu terlarang di suku ini.

Richi : Kawan-kawan bukankah itu karung pakan dan bibit?

Perkataan Richard sejenak menghentikan perpesanan kami. Aku memperbesar gambar yang di kirim William, memastikan informasi yang baru ditemukan Richard. Dia benar.

Lihat selengkapnya