Paradox

Thaliba Faliq
Chapter #34

Beraksi

Kami masih berusaha merebut kelereng dari tangan Wei Johan. Dari penjelasan singkat Rhea dan Kanna, sistem itu hanya akan aktif dengan melakukan perintah konfigurasi pada layar hologram yang muncul dari kelereng. Selama Wei Johan tak mengeluarkan layarnya, kami masih punya kesempatan untuk mencegah yang terburuk. Rhea memberi kami peralatan pelumpuh dan beberapa alat bertarung canggih lainnya yang akan membantu.

Dengan cepat kami mengatur strategi. Rhea dan Kanna menangani Wei Johan, mereka lebih baik dariku dan Richard untuk menghindari jarum beracun dengan tubuh fleksibel dan gemulainya. Aku dan Richard menghadapi Ruli. Cukup sulit karena meskipun dengan tubuh tuanya, pelayan ini benar-benar tak bisa diremehkan. Beberapa kali kami melemparkan alat pelumpuh namun si pelayan sial itu tetap bisa tegap berdiri. Entah daya tahan seperti apa yang dia miliki.

Akinwole tanpa disuruh dengan senang hati menghadapi adiknya. Kami juga tidak ingin mengganggu mereka menyelesaikan masalah persaudaraannya. Akinleye dan Tuan Damian sudah pasti tak ikut bertarung, mereka berlindung di sudut ruangan sekarang. Akinleye mungkin saja adalah seorang petarung di masa mudanya, tapi usianya kini sangat membatasi pergerakan dan daya tubuhnya. Bahkan satu hentakan Akintunde tadi saja sudah cukup membuatnya tak sadarkan diri.

Aku dan Richard tetap tidak bisa menandingi Ruli, gerakannya lincah dan tegas. Lalai sedikit saja, kami harus menanggung tinju kerasnya. Rhea dan Kanna lebih beruntung dari kami, mereka berhasil bertahan dan mengulur waktu agar Wei Johan tak mengeluarkan layar kelereng. Kabar baiknya, Wei Johan sudah kehabisan jarum beracun. Kabar buruknya, Ruli kini mengambil ancang-ancang untuk melindungi Tuannya, tindakannya itu cukup menjelaskan kalau Wei Johan tak pandai dalam pertarungan jarak dekat.

“Kau!” Ruli berseru marah saat Kanna hampir menendang kepala Wei Johan. Fokusku dan Richard langsung beralih ke tangan kekar Ruli yang mencengkeram pergelangan kaki Kanna, menahannya tepat sebelum menghantam kepala Wei Johan. Akintunde dan Akinwole masih sibuk bertarung di sisi yang lain. Gerakan Kanna terhenti, dia kesakitan mencoba melepaskan cengkeraman Ruli. Richard berusaha melemparkan tinjunya untuk menghentikan Ruli, usahanya sia-sia karena Ruli berhasil menangkap tinju itu sempurna dengan tangannya yang lain. Wei Johan terpojok tepat di belakang Ruli, dia berlindung menutupi kepalanya. Rhea yang cepat membaca situasi langsung bersalto melewati kepala Ruli, bermaksud menyerang Wei Johan yang lengah. Ruli refleks melupakan Kanna dan Richard, mencoba menghentikan Rhea. Kesempatan sepersekian detik itu berhasil kumanfaatkan untuk melemparkan tinju keras dari bawah dagu Ruli. Dia terhuyung kebelakang, namun berhasil tetap berdiri. Orang ini monster.

“Ruli! Lindungi aku!” Wei Johan terseok-seok, merayap melewati tubuh-tubuh penjaga dan tetua yang masih tak sadarkan diri. Dia melemparkan apa yang bisa di raihnya ke arah Rhea. Dia benar-benar tak diuntungkan dalam pertarungan jarak dekat. Ruli tak menjawab, dia menyeka darah di sudut bibirnya. Dahinya berkerut, wajah tenangnya hilang sudah berganti dengan wajah merah padam. Marah. Aku, Richard, dan Kanna mengelilinya, tiga lawan satu. Kami memberi Rhea kesempatan untuk mengatasi Wei Johan.

Lihat selengkapnya