#Theo
Richard dan Kanna masih teggelam dalam kesenangan karena berhasil menggagalkan rencana Wei Johan. Wei Johan sendiri tercengang tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia berusaha berontak lagi, ingin keluar dari ikatannya, kami semua mengabaikannya. Ruli masih tak sadarkan diri. Akinleye sudah sedari tadi mendatangi tubuh Akinwole yang jatuh setelah alat tersebut berhasil ditangani. Tuan Damian dan Akintunde sama-sama terduduk lega melihat tak ada lagi korban jiwa akibat perbuatan mereka. Akintunde kini menutup wajah dengan satu tangannya. Menangis. Akinwole, para tetua, juga penjaga yang baru saja terbangun dan melihat pemandangan ini makin kebingungan.
“Kenapa pilot dan co-pilot yang membawa helikopter tadi diikat?” Seorang tetua bertanya yang entah ditujukan pada siapa. Tak ada yang berkepentingan menjawab, namun dari pertanyaan itu aku paham kalau Wei Johan dan Ruli mengaku sebagai pilot helikopter. Cukup untukku menyimpulkan bahwa sekarang helikopter mereka sedang ada di halaman bangunan ini. Entah dimana sebelumnya mereka menyembunyikan helikopter itu. Yang pasti, jelas mereka membawa tubuh tak sadarkan diri kami dengan helikopter tersebut. Mereka bisa saja menggunakan alasan keadaan darurat sehingga Tuan Damian perlu memanggil helikopter dari pos perbatasan. Entah bagaimana mereka menumpuk tubuh kami bertiga di dalam capung besi sempit itu, aku bahkan tak ingin memikirkannya.
Satu-dua tetua hendak bertanya lagi, namun Akinleye berbaik hati efektif bisa mengendalikan situasi dan meminta mereka diam memperhatikan. Lagipula tak akan ada orang yang yang cukup berani bersuara setelah melihat sarki mereka sedang menangis tersedu. Akinwole pun turut menatap adiknya iba.
Tubuh Rhea masih dingin dan gemetar dalam pelukanku. Aku mengelus rambutnya untuk menenangkan, membisikkan terimakasih berkali kali. Tak butuh waktu lama untuk dia kembali tenang. Rhea melepaskan rengkuhanku, kini memegang kedua bahuku, menatapku mantap. Aku tak mengerti, menatapnya balik dengan wajah penuh tanya.
“Sekarang saatnya kutunjukkan padamu proyek penelitianku.” Rhea berkata mantap.
“Astaga Rhea, disaat seperti ini?” Aku kebingungan melihat kesungguhan yang ditunjukkan matanya.
“Tak ada waktu yang tepat selain sekarang!” Dia bersikeras, bangkit menghampiri Akintunde yang masih terduduk tersedu.
“Kau masih punya nanochip yang bisa kau pakai?” Akintunde mendongak ngeri demi mendengar pertanyaan dingin yang dilontarkan Rhea. “Tidak, aku tidak akan melakukan hal yang buruk padamu. Tapi sesorang harus menjelaskan pada semua penduduk sekarang juga. Mereka pasti sedang kebingungan karena terbangun di luar rumah mereka. Bahkan mungkin ada penjaga perkampungan yang terbangun di tengah padang monkshood.” Rhea mejelaskan pada Akintunde.
Penjelasan Rhea masuk akal, tapi kita tentu perlu mengumpulkan penduduk terlebih dahulu. Lalu apa hubungannya dengan proyek penelitian dan memaksa Akintunde menjelaskan kepada penduduk sekarang juga? Aku menoleh pada Kanna minta penjelasan, Kanna mengangkat bahu, aku tahu itu kode untukku agar menurutinya saja.