Neta segera kembali ke kelas. Keadaan kelas terlihat sepi, karena bel istirahat baru saja berbunyi. Anak-anak di kelas pasti sudah berhamburan keluar kelas untuk menuju kantin. Mengisi perut mereka yang keroncongan, atau sekedar membeli es untuk melegakan tenggorokan mereka yang dahaga.
Neta juga merasa sangat haus setelah hampir 2 jam menyapu halama sekolah yang luas. Tapi sayangnya ia tak memiliki uang jajan lebih. Uangnya hanya cukup untuk ongkos pulang-pergi naik angkot. Untuk itu ia segera kembali ke kelas dan tidak langsung pergi ke kantin. Setiap hari ia membawa botol minum berisi air putih ke sekolah. Dan Neta berniat ingin segera melegakan tenggorokannya yang dahaga dengan botol berisi air minum tersebut.
Neta sudah sempat membereskan barang-barangnya yang tadi berserakan di lantai. Ia menaruhnya di kolong laci meja tempatnya duduk. Saat Neta hendak mengambil botol minumnya. Tiba-tiba buku sketch book-nya tersenggol dan terjatuh lagi ke lantai. Selembar kertas kembali keluar dari benda tersebut. Neta menghela nafas pelan kemudian memungutnya.
Cukup lama Neta menatapi lembaran kertas tersebut. Lembaran kertas dengan gambar wajah Gara yang sedang tersenyum. Tapi saat mengingat wajah Gara yang sekarang sangat menyebalkan, tiba-tiba terbesit keinginan Neta untuk menyobek gambar tersebut. Neta malah sudah sempat menyobek ujungnya sedikit. Namun entah kenapa ia mengurungkan niatnya. Layaknya role film yang sedang di putar di kepalanya. Ingatan Neta kembali ke masa itu.
2 tahun yang lalu....
Pertemuan Neta dan Gara berawal saat MOS (Masa Orientasi Sekolah).
"Lo nggak bawa tas karung goni?" Tanya Gara yang saat itu sedang berbaris dan berdiri di samping barisan Neta.
Bola mata Neta pun mulai memanas. Sebenarnya Ia sudah membuat tas dari karung goni. Tapi tadi pagi saat ia akan berangkat ke sekolah. Neta tak menemukan tas tersebut di manapun. Neta sudah mencarinya ke seisi rumah. Tapi tetap tak menemukannya. Entah ada dimana benda itu. Karena takut terlambat di hari pertamanya masuk sekolah, Neta akhirnya ke sekolah tanpa tas karung goni, Padahal para senior menyuruhnya untuk membawa benda tersebut.
Gara mungkin mengira Neta hampir menangis karena takut di setrap di hadapan siswa-siswi yang lain. Kemudian Gara melepaskan tas karung goni miliknya dan segera mengalungkannya ke leher Neta. "Sekarang udah beres kan?"
"Terus Lo sendiri gimana? Nanti Lo di hukum gimana?" Tolak Neta merasa nggak enak, dan dia nggak ingin orang lain yang nanggung akibat dari kecerobohannya sendiri.
Gara menarik dua sudut bibirnya membentuk senyum kecil. "Udah..., tenang aja nggak apa-apa, gue kan cowok. Jadi nggak masalah kalo di hukum."
Neta seketika merasa malu, terharu, sekaligus bersyukur. Ternyata masih ada orang yang mau berbuat baik padanya. sejak saat itu Neta memikirkan bagaimana caranya membalas kebaikan cowok yang dengan baiknya mengeluarkannya dari masalah.
Neta yang kebetulan jago gambar, dia berinisiatif untuk menggambar wajah cowok yang belakangan ia ketahui bernama Ananda Gara. Dan akan memberikan hasil gambarnya sebagai tanda ucapan terimakasih saat bertemu lagi nanti.
Sayangnya Neta tak cukup punya banyak keberanian untuk menyapa Gara terlebih dahulu, itu karena Neta merasa minder. Ya... Jelas, Gara ganteng, keren, dan jago main alat musik. Cowok itu bahkan udah jadi calon salah satu the most wanted-nya SMA SATYA. Terbukti dengan banyaknya siswi yang selalu ngerubutin dia. Akhirnya Neta hanya bisa menyimpan gambar--wajah Gara di dalam sketch book-nya saja.
"Kapan ya gue bisa ngasih gambar ini ke dia?"
Seperti sebuah keajaiban. Tak di sangka setelah MOS berakhir. Neta mendapat kelas yang sama dengan Gara. Ini mungkin yang di namakan pucuk di cinta ulam pun tiba.
"Lo yang waktu itu gue Pinjemin tas karung goni kan?" Sapa Gara suatu ketika.
Neta mengangguk malu. "Makasih ya udah minjemin gue tas karung goni waktu itu."
"Nggak masalah, Oya... Nama Lo siapa?"
"Neta Alifia, panggilannya Neta."