Bel pulang sekolahpun berbunyi. Akhirnya waktu yang di tunggu-tunggu para manusia sekolahan SMA SATYA tiba juga. Membuat murid-murid yang tadinya lesu dan ogah-ogahan saat di jam pelajaran terakhir, Kini wajahnya mendadak berubah sumringah. Mereka segera membereskan alat tulis ke dalam tas mereka seraya bersorak girang. Kemudian segera menggendong benda tersebut penuh semangat.
Tapi tidak dengan satu siswi bernama Neta Alifia. Justru ia merasa kebingungan, di mana ia akan meletakkan semua barangnya? Tas-nya tadi sengaja di robek oleh Gara si bocah jinjurici. Jin jurik, atau entah apalah. Dasar iblis. Gumam Neta kesal.
"Besok jangan lupa ya?! Tugas sosiologinya di kumpulkan?!" Seru Bu Sofi, guru sosiologi mencoba mengingatkan.
"Baik... Bu....!" Jawab anak-anak di kelas serempak penuh semangat. Padahal tadi mukanya kelihatan pada loyo.
Bu Sofi menarik garis lurus di bibirnya membentuk senyum lebar. "Siang... Assalamualaikum, sampai bertemu besok." Ujarnya, kemudian guru cantik, berhijab dan masih muda itu melangkah pelan keluar kelas dan berlalu.
Baru setelahnya di susul anak-anak yang berhamburan saling menyerobot menuju pintu keluar. Terutama anak laki-laki. Teriakan bercanda mereka yang berisik dan bersahut-sahutan, sudah seperti hewan yang ada di kebun binatang, yang baru saja di lepas dari kerangkengnya dan akan menuju alam bebas. Apa lagi suara Rian dan Kevin yang terdengar mendominasi. Dua anak laki-laki itu memang terkenal paling berisik di kelas. Padahal sudah beberapa kali penghapus ataupun spidol dari guru melayang ke kepala mereka. Tapi sepertinya mereka seolah tak pernah jera. Mungkin anak-anak di kelas sudah terbiasa dengan mulut besar mereka. Tapi bagaimana kalo yang belum terbiasa? Pasti akan mengira mereka seperti sekawanan kera yang baru saja di lepas ke hutan.
Hanya tersisa beberapa siswi, termasuk Neta dan Tania di kelas. Yang selalu memilih keluar kelas saat keadaan sudah lengang. Tapi kali ini ada pemandangan yang berbeda. Seorang siswa masih terduduk di tempatnya. Tidak biasanya Gara keluar kelas menunggu keadaan sepi. Beberapa siswi juga sudah tampak berlalu lagi.
"Duluan ya!" Ujar Sinta dan seorang lagi yang merupakan teman sebangkunya.
Neta dan Tania hanya mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban.
Tak lama, setelah keadaan kelas benar-benar sepi. Gara melangkah menghampiri Neta dan Tania yang baru saja akan beranjak dari duduknya.
"Nih pakek!" Gara menyodorkan sebuah goody back yang terbuat dari kain ke meja Neta. Tapi cara bicaranya tidak ramah sama sekali.
Sejenak Neta dan Tania pun saling berpandangan merasa heran. Neta kembali memutar kepalanya. Menatap Gara dan goody bakc warna pink di atas meja secara bergantian. Nih anak nggak lagi salah minum obat kan? Batinnya.
"Gue masih baik kan? kasih ini ke Lo, daripada Lo pake kantong keresek item kek gitu, emang Lo abis dari pasar!" Gara mrlirik sinis benda yang ada di tangan Neta. Sudah Neta duga pasti ini bocah jin jurik cuma ingin mengejeknya saja seperti biasa.
Neta hanya terdiam dan menatap masam ke arah Gara yang saat ini sedang tersenyum menyebalkan.
"Nah sebagai gantinya, Lo harus kerjain tugas sosiologi gue." Gara meletakkan buku tugasnya di atas meja dan matanya menatap Neta dengan tatapan mengintimidasi.
"Tugas sekolah ya kerjain sendirilah, Gara. Masa' nyuruh Neta mulu yang ngerjain. Emang dia kacu-...." Belum sempat Tania melanjutkan kalimatnya, Neta sudah memegangi lengan gadis itu. Sejenak Tania melirik genggaman tangan Neta di tangannya, kemudian tatapannya teralih ke wajah Neta. Gadis itu terlihat menggeleng samar. Seolah sedang memberi isyarat untuk tidak lebih lanjut lagi berdebat dengan Gara.