Aku sambung lagi ya cerita tentang keangkeran gedung I. Sebenarnya kalau cerita tentang angkernya kampus ini sudah banyak beredar. Salah satunya di pohon trembesi dekat gedung kuliah anak-anak BK (dekat gedung I) aku lupa nama gedungnya. Ada juga rumor tentang kaki terpotong di gedung J, lelaki tanpa kaki di perpustakaan, harimau di masjid kampus, si muka rusak di pohon seberang poliklinik, atau si muka rata di jalan masuk kampus.
Cerita yang paling parah kata orang tua dulu di kampusku -sebelum jadi kampus- dipakai sebagai tempat para pemuda Ans*** menyembelih orang-orang partai merah yang pernah berjaya di tahun 60-an. Namun, aku hanya dengar cerita saja, aku belum pernah mengalami sendiri, selain di gedung I yang memang nyata terjadi pada diriku.
Saat itu organisasi kami mau mengadakan diklat. Aku diminta membuat surat peminjaman gedung. Kata pelatihku pinjam gedung I saja. Eeet dah! batinku. Mengapa harus disitu? Bagaimana lagi akhirnya kami mengadakan acara menginap satu malam di situ. Sebenarnya gedung I sering dipakai untuk acara diklat, apalagi anak-anak Pramuka. Namun, gedung yang masih model kuno itu lumayan bikin jantung berdegup kencang kalau malam.
Posisi gedungnya memang berbaris-baris, kayak model sekolah, dengan banyak lorong dan selasar. Berbeda dengan bangunan baru yang sudah berbentuk gedung dengan satu dua pintu masuk. Tahun itu demi keamanan, setiap lorong di beri pagar teralis setengah badan dan akses masuk hanya lewat dua pintu. Pintu depan dan pintu samping yang berpintu teralis. Jadi, kalau orang mau masuk tidak bisa lagi seenaknya lewat selasar yang kuceritakan di part 1.
Sore setelah Asar kami memulai acara. Hanya dua kelas yang kami pakai. Oleh penjaga gedung hanya barisan gedung yang kami pakai yang dinyalakan lampunya, sisanya lampu dimatikan. Sampai habis Isya tak ada sesuatu yang berarti terjadi. Saat itu kami membangunkan para anggota baru dan junior untuk jalan-jalan malam. Seperti adatnya kalau diklat. Jalan malam menjelajahi kampus dan mampir di setiap pos untuk mengerjakan tugas.
Saat itu aku dan Mbak R diberi tugas di pos pemberangkatan di gedung I. Sampai jam satu malam, keanehan mulai terasa. Saat itu tinggal beberapa orang saja yang belum diberangkatkan. Mereka menunggu giliran jalan dengan jeda sepuluh menit. Tiba-tiba saja lampu strongking kami terbakar. Cepat-cepat kami meminta salah seorang junior laki-laki memadamkan. Berhasil. Alhamdulillah tak jadi kebakaran.
Jam dua malam semua sudah berangkat. Saat itu aku duduk jongkok di bawah, di depan pintu, sedangkan Mbak R duduk di kursi menghadap ke lorong gedung yang gelap. Terdengar suara anjing melolong. Kami asyik berdua mengobrol tanpa ada prasangka apa pun.
Saaaat!