Paranormal Academy

Mohamad Novianto
Chapter #3

Ibuku Tidak Mati


Neo membuka matanya. Banyak orang mengelilinginya. Langit pagi ada di atasnya. Barusan tadi dia melihat ibunya. Ibunya di sana. Di suatu tempat. Ibunya yang dikatakan telah mati.

Neo tergeletak di trotoar. Di antara kaki-kaki bisa dia lihat kesibukan pagi di jalan. Ada anak pingsan, kata seseorang menjawab pertanyaan orang yang baru lewat situ. Neo berusaha duduk. Seorang ibu warung membawa segelas air untuknya. Tapi Neo masih diam. Ibunya tidak mati. Neo bisa melihat ibunya di suatu tempat. Seperti selama ini sering dia lihat sesuatu yang terjadi di tempat lain. Beberapa orang mulai meninggalkan tempat itu. Merasa buang-buang waktu melihat anak aneh yang tak mau diurus. Neo berusaha berdiri. Orang-orang di sekelilingnya sudah tidak ada. Ibu yang membawa segelas air sudah masuk warungnya lagi.

Neo harus duduk. Kakinya masih lemas. Di pembatas selokan dia coba istirahat. Seragam SMA-nya terlihat lusuh. Tasnya masih tergeletak tak jauh darinya. Hingga Neo sadar musti bergegas ke sekolah. Beberapa anak berseragam sekolah lewat jalan di depannya. Tapi pandangan Neo sejenak tertuju ke seberang jalan. Dia merasa seseorang lama berdiri di sana memperhatikannya. Di antara lalu lalang di jalan, orang itu terlihat berstelan jas rapi. Laki-laki setengah baya.


Sampai Neo memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Tapi saat Neo hendak mengambil tasnya, tiba-tiba orang berstelan jas itu sudah ada di depannya.

“Kamu anak yang istimewa. Jarang orang seperti kamu di dunia ini.” Suara orang itu pelan tapi jelas.

 Neo mendongak. Tidak begitu jelas dia lihat muka orang itu karena pendar cahaya pagi di belakangnya. Sekilas wajahnya bersih, sorot matanya datar, rambutnya tersisir rapi.

 “Kamu punya sesuatu yang orang lain tak punya. Seharusnya kamu belajar bersama orang-orang hebat,” kata orang itu lagi.

 Neo tidak begitu mengerti yang dikatakannya. Lagi pula dia tidak mau terlambat sekolah hari ini. Tapi orang itu sudah menyodorkan selembar kertas. Mau tak mau Neo mengambil kertas itu. Sempat dia baca tulisan di atasnya : Jakarta International Paranormal Academy. Lalu Neo lipat kertas itu dan cepat dia masukkan saku celana. Tanpa permisi Neo sedikit berlari meninggalkan orang tak dikenalnya. Sekolahnya tak jauh lagi dari situ.

***

Neo berdiri dekat pagar sekolah. Badannya masih sedikit lemas. Kejadian di jalan tadi beberapa kali pernah dia alami. Dia selalu berharap tidak terjadi saat di sekolah. Tapi bukan itu yang membuat dia masih mematung di sebelah batang pohon. Karena yang ditunggunya sudah datang. Sebuah mobil sedan terparkir tak jauh darinya.

Neo mencoba konsentrasi. Karena ini yang dia lakukan tiap pagi. Melihat sesuatu di dalam mobil itu dari tempat dia berdiri. Melihat seorang perempuan berseragam SMA duduk di belakang. Karena perempuan ini tidak segera turun dari mobil. Perhatiannya masih tertuju pada buku kecil di pangkuannya. Kumpulan puisi Kahlil Gibran, Neo tahu itu. Neo menambah konsentrasinya. Dia bisa melihat bait-bait yang dibaca perempuan itu. Seolah bersama gadis itu dia baca tulisan di situ bait demi bait.

 

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu

kepada api yang menjadikannya abu

 

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan

kepada hujan yang menjadikannya tiada

 

Tiba-tiba konsentrasi Neo buyar. Dua orang siswi mendatangi mobil itu.

“Miska!” Salah satu siswi memanggil perempuan yang ada di mobil sembari mengetuk kacanya.

Yang dipanggil sedikit kaget. Lalu cepat dia masukkan buku kecil yang dibacanya ke dalam tas. Seolah tak ingin temannya di luar tahu benda itu.

“Hai Brita! Hai Kristin!” Perempuan yang dipanggil Miska menyapa dan memeluk dua temannya setelah keluar dari mobil.

“Jadi kan ntar sore nyari bros buat valentine?” tanya Brita antusias.

“Jadi dong! Kan sekalian nonton,” timpal Kristin girang.

Lihat selengkapnya