Paranormal Academy

Mohamad Novianto
Chapter #4

Pecundang dan Pembunuh

Bel pulang berdering. Matahari begitu terik dua bulan ini. Neo berjalan menuju toilet. Sementara siswa lain berbondong ke arah gerbang. Neo sengaja mengulur waktu menunggu bis yang akan ditumpanginya sepi. Seperti biasa Neo memilih toilet yang paling pojok. Sempat dia lihat tempelan kertas bertuliskan WC RUSAK di pintu toilet yang di tengah. Setelah buang air kecil, Neo tidak langsung keluar. Dia duduk di atas kloset dan membuka buku kecil Kahlil Gibran. Tetapi sesuatu membuatnya menunda membaca. Dia merasa ada orang di salah satu toilet. Neo tidak biasa menggunakan kemampuannya di toilet. Tapi di jam segini seharusnya dia sudah sendiri di situ. Apalagi dia tak leluasa melakukan kegiatan membacanya. Dia tak bisa menahan rasa penasaran.

Neo menunduk. Membiarkan penglihatannya menembus dinding-dinding toilet. Hingga di toilet yang tengah, Neo melihat tiga anak berseragam sekolah. Semua Neo kenal, Ponte, Igor dan Erik. Mereka seperti menahan melakukan sesuatu. Mematung dan bicara berbisik. Seperti tak ingin orang tahu keberadaan mereka di situ. Neo merasa mereka sedang menunggu dia keluar dari situ. Neo cepat beranjak. Tapi saat melewati toilet bertuliskan WC RUSAK, dia bisa dengar nama Miska dibisikkan dari dalam. Setelah keluar Neo tidak langsung pergi. Dia merapat ke pojok, di antara bangku-bangku rusak. Dia berdiri di tempat yang tak terlihat sembari mengumpulkan konsentrasi. Neo bisa melihat tiga siswa di toilet itu lagi. Mereka sibuk dengan seutas kabel. Ponte naik ke kloset, memegang ujung kabel yang seperti senter kecil. Dia pasang ujung kabel itu di pojok ventilasi, di dinding yang membatasi toilet pria dan wanita. Ujung lain kabel itu tertancap di laptop yang dipegang Erik. Di monitornya tertangkap gambar salah satu toilet wanita dari arah ventilasi.

“Biasanya mereka ke toilet itu lima menit sebelum bubaran istirahat pertama.” Ponte bersuara pelan sambil merekatkan kabel ke dinding dengan isolasi.

“Miska yang biasanya terakhir keluar.” Igor menambahkan.

“Lo ngebet banget sama Miska?” Tanya Erik ke Igor sambil cekikikan.

“Lo sendiri sama Brita gimana?” Igor balik bertanya.

“Biasa aja, baru sebulan jalan.” Erik menegaskan.

“Ponte, lo gebet aja tuh si Kristin.” Igor beralih ke Ponte.

“Oke juga sih doski.” Ponte menahan tawa senangnya.

“Lucu juga ya lihat mereka buka celana di toilet.” Erik tertawa diikuti dua temannya.

Neo keluar dari persembunyiannya. Langkahnya cepat menyusuri gang-gang sekolah yang telah sepi. Ponte, Igor dan Erik menamakan mereka Gang Macho. Dan di dunia ini hanya Neo yang tahu rencana mereka. Neo punya kesempatan untuk menjadi pahlawan di mata Miska.

 

***

 

Pagi cerah saat Neo menunggu sebuah sedan terparkir di depan sekolah. Kali ini dia tidak sedang mengumpulkan konsentrasi. Yang dia pikirkan adalah kata-kata untuk bicara dengan Miska. Pandangannya tidak menembus mobil sedan di depannya. Dia hanya menatapi pintu mobil itu, mengumpulkan semua keberaniannya karena sebentar lagi Miska keluar dari situ.

“Miska!” Neo berhasil meneriakkan nama gadis itu.

Miska yang baru keluar dari mobil menoleh ke arah suara. Mendapati Neo berjalan kaku ke arahnya. Miska tahu Neo karena dia teman sekelasnya. Tapi hanya sebatas itu hubungan mereka. Selama ini mereka tak pernah bicara. Bahkan tak pernah terlibat interaksi sekecil apapun.

“Ada yang ingin kusampaikan. Penting!” Neo berusaha menata suaranya.

“Ada apa ya?” Miska tersenyum heran. Pagi-pagi ada orang kikuk di depannya menyampaikan berita penting. 


“Kamu tahu Gang Macho… Eh maksudku Ponte, Igor sama Erwin. Mereka memasang kamera tersembunyi untuk merekam WC cewek.” Terbata Neo menyampaikan beritanya.

“Maksudnya?” Miska bertambah heran. Cerita itu terasa janggal di telinganya.

“Mereka mau merekam kamu, Brita sama Kristin di toilet.”

Lihat selengkapnya