Paranormal Academy

Mohamad Novianto
Chapter #5

Jakarta International Paranormal Academy

Mendung mulai menutup langit bulan ini. Hujan pertama hari ini menghapus debu di sebuah SMA favorit. Pelajaran olah raga dilakukan di hall tertutup. Olah raga senam kali ini dilakukan berpasang-pasangan. Semua murid sudah mendapat pasangan kecuali Neo. Bahkan murid paling pemalu di kelas enggan berpasangan dengan Neo. Hari-hari di sekolah kini jadi hari yang menyakitkan buat Neo. Hingga suatu pagi saat Neo berangkat sekolah, dia tidak turun di halte bis biasanya. Neo tidak biasa membolos. Bahkan terlambat pun tak pernah. Tapi pagi ini dia sudah tak tahan lagi. Dia sudah tak punya alasan untuk turun di halte itu. Neo cuma diam, mengikuti bus itu membawanya kemana. Sampai dia punya alasan untuk turun di pasar loak. Karena di sana dia bisa menemukan buku-buku bekas kahlil Gibran. Di sebuah lapak, dua buku sudah habis Neo baca. Hingga penjualnya harus menyingkirkan sisa buku Kahlil Gibran yang lain. Tak mau orang hanya baca gratis di tempatnya jualan.

           Akhirnya Neo hanya menyusuri jalan-jalan padat dan berdebu. Dia turun ke bawah jembatan saat buang air kecil. Lalu duduk di pinggir sungai meredakan penat. Lama dia terdiam, memandangi mendung yang mulai datang. Sampai wajah Miska terlintas di kepalanya. Lalu wajah Ponte. Dan Neo ingat, sesuatu ada di dalam tasnya. Dia keluarkan benda itu. Ponsel Ponte dalam keadaan mati. Sejak peristiwa di gang sempit, benda itu tak pernah keluar dari tasnya. Sekarang sekuat tenaga Neo lempar ponsel itu ke tengah sungai. Benda itu lenyap ditelan air yang menghitam.

           Neo termenung di tepian air. Melihat bayangannya di genangan. Rasa sedihnya pelan berubah amarah. Hingga titik-titik air berjatuhan memecah genangan yang tadinya tenang. Tumpahan air dari langit pun semakin deras. Neo bergeser lebih ke dalam di kolong jembatan. Dua anak pengamen datang menyusup ke kolong menghindari hujan. Mereka meringkuk di sudut tak jauh dari Neo. Neo pun memperhatikan dua anak yang tak memakai alas kaki itu. Rambut dan badan mereka basah. Berdua mereka menghitung uang receh yang mereka dapat. Lalu Neo melihat dirinya yang masih memakai sepatu. Amarahnya berangsur reda. Kini dia mulai berpikir. Di tengah hujan yang mengguyur dunia di atas jembatan, Neo teringat sebuah selebaran. Suatu pagi dimana dia bertemu orang berstelan jas yang tak dikenalnya. Selebaran yang bertuliskan : Jakarta International Paranormal Academy. Seharusnya kamu belajar bersama orang-orang hebat, Neo ingat kata-kata orang itu. Dia mulai menegakkan kepalanya. Neo harus menemukan selebaran itu. Lalu dia beranjak keluar kolong jembatan, berlari menembus hujan.

 

           Badan Neo basah ketika tiba di rumah. Dia langsung menemui ibu tirinya, menanyakan apakah pernah menemukan selebaran saat mencuci celana seragamnya. Ibu tiri Neo menggelengkan kepala. Menjawab seadanya sembari menyuapi anaknya, seperti tak peduli. Neo pun terbiasa dengan perlakuan seperti itu. Sudah dua bulan ini ibu tirinya tak pernah lagi membuatkan telur dadar untuk makan siang. Neo kadang cuma makan nasi dan sayur.

           Neo bergegas menuju sumur. Memikirkan kemungkinan selebaran itu terselip di suatu tempat. Karena dia yakin, selama ini kertas itu tak pernah ada di kamarnya. Tapi Neo hanya berdiri di samping sumur dengan kepala tertunduk. Konsentrasinya mengarahkan pandangannya menembus setiap sudut ruang yang ada di sekitar. Pandangannya menyingkap isi lemari makan, kolong meja makan, baju-baju kotor yang ada di ember, lalu dalam kardus-kardus bekas.

           Dari ruang tamu, Neo terlihat sedang mematung di samping sumur. Ibu tiri Neo lama memandangi anak tirinya yang bertingkah aneh. Wanita itu merasa sudah berusaha menjadi ibu yang baik. Tapi keanehan anak itu kadang membuatnya tak tahu harus berbuat apa.

           Pandangan Neo pun sudah menyusur ke rak-rak dapur. Dan di rak dapur paling pojok dia bisa lihat tumpukan beberapa lembar kertas. Cepat Neo ke dapur mengambil kertas-kertas itu. Lembar-lembar itu ternyata tulisan resep makanan ibu tirinya. Tapi di satu lembar, di baliknya adalah cetakan selebaran yang Neo cari.

 

           Neo menutup pintu kamarnya. Matanya berbinar memandangi kertas yang dipegangnya. Dia mulai membaca tulisan yang ada di lembar itu.

 

JAKARTA INTERNATIONAL PARANORMAL ACADEMY

( J I P A )

·         JIPA adalah wadah pendidikan bagi anak-anak yang mempunyai bakat dan kemampuan khusus melebihi anak seumurnya melalui metoda belajar yang telah disesuaikan.

·         JIPA mempunyai misi mempersiapkan anak-anak berkemampuan lebih untuk bisa memimpin dan menjadikan peradaban manusia lebih baik.

·         JIPA mendapatkan lisensi dari International Paranormal Academy yang sudah berdiri di beberapa negara, antara lain di New York (Amerika Serikat), Toronto (Canada), London (Inggris), Sidney (Australia) dan Rio (Brasil).

·         JIPA menggunakan standart pendidikan yang telah diakui secara internasional dengan tenaga pendidik yang berlisensi dan ahli di bidangnya.

·         JIPA didukung dana internasional untuk memberikan beasiswa penuh bagi siswa yang benar-benar berbakat.


Lalu Neo membaca sebuah alamat tertera di bawah. Neo tahu alamat itu. Tapi tiba-tiba bapak Neo muncul membuka pintu kamar. Neo bermaksud menyembunyikan kertas itu tapi tak sempat. Dia hanya menekuk bagian tengahnya agar tak terlihat langsung oleh bapaknya.

“Dari mana kamu Neo? Kenapa pulang terlambat?” tanya bapak Neo yang masih berdiri di ambang pintu.

Lihat selengkapnya