Paranormal Academy

Mohamad Novianto
Chapter #10

Pulau Mercusuar

Neo sudah tidak kuat lagi. Nafasnya habis. Dia duduk di pinggir menyaksikan Vio, Jet dan Jag masih berlari mengelilingi hall. Neo malu pada Vio. Vio anak perempuan. Kakinya pun cacat. Vio berlari dengan memakai kaki palsu. Wajah Vio terlihat masih segar walau telah berputar delapan kali. Tapi Neo pun sadar, dia seorang pemula. Vio memang memerintahkan untuk ikut ekstrakurikuler bela diri. Tidak ada murid yang ikut ekstrakurikuler ini kecuali mereka. Sebenarnya Neo ingin ikut ekstrakurikuler musik karena Ceri ada di sana. Tapi ikut ekstrakurikuler ini merupakan bagian dari persiapan misi.

         Pembimbingnya Pak Wiro. Dia guru olah raga. Seorang guru muda yang enerjik. Sedikit kontroversi karena rambutnya dibikin mohawk. Dia adik dari ibu angkat Jag, Mimi dan Mitu. Pak Wiro yang melatih Vio tenaga dalam untuk bisa berjalan normal dengan kaki palsu. Juga melatih Mimi dan Mitu untuk bisa berjalan seimbang dengan dua badan.

           Pak Wiro menyuruh Neo istirahat. Neo pun duduk di tribun, menyaksikan Vio, Jet dan Jag menyelesaikan putaran ke sembilan. Mereka bertiga benar-benar terlihat bersiap untuk sebuah misi yang berat. Hingga Neo ingat hari-hari di minggu ini mereka berempat selalu membicarakan orang kelima untuk masuk ke dalam misi. Mereka telah memilih beberapa kandidat. Ada Jojo, anak paling cerdas dan berprestasi di kelas. Ada Pingka, cewek tomboy sahabat Prita yang jago basket. Ada Dru sepupunya Ceri. Lalu ada Alfa, anak yang baru masuk beberapa minggu lalu. Anak ini seumuran SD tapi cara bicaranya melebihi orang dewasa. Vio melihat suatu saat ada kekuatan besar yang akan tumbuh di tangannya.

           Selesai jam ekstrakurikuler, mereka berempat berkumpul sebentar di depan gedung olah raga. Tapi Neo heran. Dia mengira mereka akan masih membicarakan orang kelima di dalam misi. Vio, Jet dan Jag seperti membicarakan hal lain yang Neo tak tahu. Mereka banyak menyebut Pulau Mercusuar. Jet bilang hari Minggu besok satu-satunya kesempatan karena air laut sedang surut. Vio juga antusias karena Jag sudah bisa teleport sendiri. Berarti besok mereka bisa pergi bertiga. Lalu mereka bertiga memandangi Neo yang berdiri kaku tak tahu menahu.

           “Kamu nggak apa-apa kan Neo besok sendirian di rumah?” Spontan Jet bertanya.

           Neo hanya mengangkat alis, tak tahu harus jawab apa.

           “Kamu ikut aja Neo.” Vio merasa tak enak, Neo tak bergabung dengan mereka.

           “Gimana caranya? Dia kan belum bisa teleport,” ungkap Jet.

           “Nanti biar Neo diantar sama Pak Udin aja ke dekat pelabuhan.” Vio menjelaskan. “Dari sana dia bisa minta perahu nelayan untuk anterin ke Pulau Mercusuar.”

           “Emang ada yang mau anterin ke Pulau Mercusuar?” sanggah Jet.

           “Kalau dikasih uang pasti mau,” kata Vio yakin.

***

           Hari Minggu cerah. Dari kaca mobil Neo lihat hanya awan tipis yang menghalangi biru langit. Pak Udin sengaja mencari pesisir yang banyak perahu bersandar.

           Neo dibantu Pak Udin bernegosiasi dengan para nelayan. Tapi sampai penawaran 300 ribu, tidak ada nelayan yang mau mengantar ke Pulau Hantu. Mereka menyebut pulau yang ada mercusuarnya itu Pulau Hantu. Pulau itu dekat. Tapi tak ada satu nelayan pun berani mendekat ke sana. Ada cerita pembantaian tentara Belanda di pulau itu. Ada cerita pasangan yang bunuh diri. Ada cerita mercusuar tua itu menyala sendiri beberapa hari lalu. Dan Neo tahu siapa yang membuat mercusuar itu menyala. Hingga penawaran mencapai 500 ribu, seorang nelayan menyanggupinya.

           Angin kencang mulai terasa saat perahu menjauh dari daratan. Suara mesin yang bising membuat Neo tak menikmati perjalanan. Dari tadi nelayan bejampang itu tak berhenti memperhatikan Neo. Ada anak aneh buang uang 500 ribu hanya untuk ke pulau kecil yang tak seorang pun ingin ke sana. Tapi Neo tak peduli. Toh itu uangnya Vio.

           Beberapa kali perahu oleng dihantam ombak. Neo was-was berpegangan badan perahu. Sementara di depan pulau-pulau kecil mulai terlihat. Mercusuar tampak kecil di ujung pulau terdekat.

           Pulau itu kecil. Neo bisa lihat pantainya putih. Pepohonan lebat tumbuh di tengahnya. Di ujungnya yang landai, mercusuar tua tampak berdiri kokoh. Nelayan sudah mematikan mesin. Perahu pun bergerak lambat ke arah pantai. Dasar laut berpasir terlihat di air yang jernih. Sampai nelayan itu terjun ke air, menarik perahunya hingga tersandar ke pasir.

           Neo memberikan uang pada nelayan, menyuruhnya menunggu di situ. Nelayan itu ragu. Dia tidak berani. Tapi akhirnya menyanggupi. Dia hanya akan diam di atas perahu.

           Hamparan pasir yang Neo lewati mulai menanjak. Rimbunan pohon ada di depan. Pohon-pohon itu terlihat tua dan bersulur. Dari tempatnya berjalan, Neo sempat melihat ujung mercusuar yang kini tampak dekat. Temboknya tebal. Di beberapa retakannya terlihat batu bata yang berlumut.

           Pandangan Neo masuk ke dalam mercusuar. Dia melihat tangga yang sudah rusak. Tak mungkin orang bisa naik. Banyak anak tangga telah hancur. Di bagian atas, Ada accu yang tampak baru, terhubung dengan kabel ke lampu mercusuar. Jet dan Jag mungkin yang membawa accu itu untuk menyalakan lampunya.

Lihat selengkapnya