Jet dan Dru masih lemas. Untuk sementara Vio putuskan mereka singgah ke rumahnya. Saat turun dari mobil, Jet dan Dru masih perlu dibantu. Jet istirahat di kamar Neo, Dru di kamar Vio. Sedangkan Jag terlihat masih kuat walau banyak bagian tubuhnya yang lembam dan lecet. Sesampai di rumah Vio dia ingin segera membersihkan tubuhnya. Dia memilih kamar mandi yang agak jelek di belakang karena tak ingin mengotori.
Neo di dapur menyiapkan lima gelas teh hangat. Vio diam duduk di kursi tak jauh darinya. Punggungnya masih sakit. Neo menyodorkan satu gelas pada Vio. Vio mengambilnya tapi tak segera meminumnya. Demikian juga Neo yang mengambil duduk di depan Vio. Peristiwa yang baru mereka alami benar-benar mengguncang. Bahkan mereka tak tahu apa yang akan terjadi setelah ini.
Tiba-tiba Pak Udin masuk ke dapur. Dia bilang ada tamu mencari Vio dari Paranormal Academy.
“Siapa Pak Udin?” tanya Vio agak kaget.
“Katanya namanya Pak Hud sama Bu Raihan,” jawab Pak Udin.
Vio dan Neo saling berpandangan. Bagaimana dua sesepuh itu bisa sampai ke sini. Bisa jadi mereka telah tahu apa yang terjadi.
Saat dipersilakan masuk, Bu Raihan langsung memeriksa badan Vio.
“Mana yang sakit Vio?” tanya Bu Raihan.
“Mmm… Punggung saya Bu.” Vio menunjuk punggungnya.
Bu Raihan menyuruh Vio duduk. Lalu dia melakukan gerakan memijit di punggung Vio. Sementara Pak Hud memeriksa badan Neo. Setelah itu Neo merasa sakit dan pegal di bagian kepala dan bahunya hilang. Lalu Pak Hud menanyakan yang lain. Neo pun mengantar Pak Hud ke Jet yang ada di kamarnya. Vio mengantar Bu Raihan ke Dru.
“Mana Si Jagor?” tanya Pak Hud begitu melihat di kasur hanya ada Jet.
“Sedang mandi di kamar mandi belakang Pak,” jawab Neo.
“Tolong kalau sudah selesai suruh dia ke sini,” pinta Pak Hud.
Sudah tiga kali Neo mengetuk pintu kamar mandi. Lama dia tunggu tak ada jawaban. Dia takut ada apa-apa terjadi pada Jag. Neo berusaha menembuskan pandangannya ke dalam. Di sana Neo bisa melihat Jag. Tubuhnya sudah bersih. Selembar handuk membalut bagian bawahnya. Dia duduk di atas kloset. Jag terlihat sesenggukan. Tangannya yang berbulu dikatupkan ke mukanya saat tangisnya mulai menjadi. Neo pun berhenti dengan aktifitasnya. Di depan pintu, betapa Neo bisa merasakan apa yang Jag rasakan. Bagaimana rasanya menghilangkan nyawa orang. Mendapati diri mereka sebagai pembunuh. Neo mengetuk lagi pintu kamar mandi. Kali ini dia merasa harus bersuara.
“Jag, ada Pak Hud datang ke sini. Dia mau ketemu kamu.”