Aku ceritakan awal bagaimana mulai kisah ini kutulis.
2017
"Hai Tik," Sapa seseorang yang sangat aku kenal parasnya. Entah mengapa aku tak begitu kaget saat ia menyapaku. Sejak awal kenal ditahun 2013 Aku sering sekali berandai akan bertemu dia di setiap tempat yang sedang aku kujungi. Dan entah mengapa, hal itu biasanya terjadi. Mungkin begini maksud dari ungkapan bahwa takdirmu tergantung pola berpikirmu. Artinya sugesti yang akan menentukan apapun yang sedang kau alami.
Aku membalas sapaannya, hanya senyum biasa. Tidak seperti beberapa bulan yang lalu ketika kita begitu akrab. Selanjutnya dia melewatiku dan pergi begitu saja. Oh rupanya dia sudah antre lebih dulu dariku.
Aku saat ini berada disalah satu ruang tunggu bank di dalam kampus. Mengantre dan menunggu dipanggil oleh customer service yang berbaju hijau tua. Orangnya cantik karena polesan make up natural, tidak menor. Beda dengan yang baru saja berbicara dengannya, seorang ibu-ibu yang usianya terlihat lebih muda dari ibuku yang berusia 39 tahun. Kenapa aku tahu hal itu? Feeling. Iya singkat jawabanku. Aku sering main feeling, dan itu tidak pernah salah.
Aku saat ini memasuki perkuliahan semester 7. Di mana kesibukanku selain menunggunya peka ialah menunggu kata ACC dari sang dosen pembimbing. Sedikit ekstrem yang aku lalui, sebab dosen wali, dosen pembimbing serta ketua program studi merupakan orang yang sama. Mahasiswa lain bisa saja mengakali sudah konsultasi dengan dosen wali, kemudian mengajukan judul skripsi ke ketua program studi. Jelas mudah diterima, sedangkan aku? Hahah
Semester ini sering dimaknai sebagai puncak perjuangan. Semester di mana kata ACC judul lebih dinanti dari pada kata aku cinta kamu. I Love You.
Semester di mana pagelaran siakad sudah semakin berkurang mata kuliah yang diambil para mahasiswa. Melainkan prasyarat memperoleh gelar sarjana yang akan menambah nama belakang.
Kata pepatah, kalau tak kenal maka tak sayang. Oke, ku perkenalkan namaku Tika Lestari, itu nama asli bukan palsu seperti harapan dia.
Aku lahir tahun 1996, ibuku bilang aku dulu nggak pakai TK besar. Jadi sekolahku bisa dikatakan prematur. Terbukti sewaktu aku masuk di salah satu universitas di Surabaya, aku belum memiliki KTP. Kalau mau kenal denganku, silakan. Aku berteman tidak pemilih kok.