Aku tak pernah paham atas dasar apa aku dan Satria dipertemukan lagi. Dari sekian banyak mahasiswa di kampus, kenapa aku harus satu kelompok dengannya? Jauh-jauh hari aku memang sempat berharap kalau aku bakal bertemu jodohku saat KKN.
Aku ingat sekali saat sedang bercanda dengan Jessica. Sore itu saat kuliah sudah selesai. Dalam artian UAS sudah berakhir dengan absen. Aku duduk di gazebo kampus sambil bercakap-cakap dengan yang lain. Aku banyak sekali ngomong saat itu. Mungkin karena bakal libur panjang dan kembali berjumpa saat pembekalan KKN kali ya.
Mulai dari omongan,
Aku pengen KKN besok ketemu jodohku.
Aku berharap KKN dengan calon pacarku.
Semoga anggota KKN salah satu ada yang suka aku.
Tapi gimana ya semisal aku satu kelompok sama dia?
Aku selalu berandai tentang KKN dan jodoh saat itu. Bahkan teman-temanku yang lain geleng-geleng kepala melihat ulahku.
"Diih, ngarep banget satu KKN sama dia," ucap Jessica saat itu.
Aku hanya nyengir tak merasa bersalah. Lagipula saat itu Rahma membelaku dengan berkata, "gapapa silakan berharap selagi itu gratis,"
Terharu saat Rahma membelaku, tapi gugur sudah rasa hormatku padanya setelah ucapan selanjutnya saat itu, "tapi saranku kalau berharap ya jangan mustahil lah."
Tentu tawa yang lainnya saat itu menghujam ulu hatiku. Iya sih, ada benernya ucapan Rahma. Aku hanya mendengus dengan kecewa. Tapi apa boleh buat aku kan juga punya hati. Namun, hatiku telah dibawanya. Kalau dirumat sih nggak apa-apa, lah ini dibiarkan saja.
Hari berikutnya, teman-temanku membullyku habis-habisan. Pasalnya saat pengumuman kelompok KKN aku benar-benar satu kelompok dengan dia. Dia yang memang aku mau tapi aku tak berani berharap.
"Sumpah ini anak alay, nih liat status BBMnya."
Rahma memang punya pin BBM dia. Pin itu memang dari aku, tapi aku sendiri tak berteman dengannya. Aku dan temanku yang lain kompak melihat layar smartphone Rahma.
Raga Satria
"Akhirnya aku satu kelompok sama Rubi"
Reaksiku?
Jangan tanya, saat itu aku merasa melayang-layang. Ditambah lagi saat temanku yang lain juga cie-ciein aku.
Aku baper!
Aku pernah mendengar kalau pengabdian KKN banyak sekali pasangan yang terjerat cinta lokasi. Entah apa yang membuat tradisi itu seakan turun temurun.
Dulu saat lebaran ke sanak keluarga, sudah pasti ada sesi pamer. Termasuk Ibuku saat itu. Beliau menceritakan kalau sebentar lagi aku KKN. Saat itu di rumah Budhe Hesti yang kebetulan suaminya anggota TNI. Lebih tepatnya sekarang jadi mantan TNI. Beliau saat itu ditugaskan ke Timor-Timor oleh masa kepemimpinan Soeharto. Selanjutnya harus terpaksa pensiun karena mau mencalonkan kepala desa di desaku.
Budhe Hesti saat itu bilang kalau Bang Puja yaitu putera pertamanya, kenal dengan istrinya karena KKN.
"Waktu itu Erlin diajak Puja ke rumah untuk numpang mandi, heran juga, tapi saya tau kalau Puja memiliki rasa pada Erlin itu."
Saat itu aku hanya tersenyum, tapi dengan hati yang bertanya-tanya. Kenapa kesannya aku berharap sih dengan dia. Tapi aku memang ingin sekali dipertemuan kedua ini aku bisa dekat dengannya. Dalam artian selangkah lebih maju.
Atau bahkan melangkah bersamanya aku tak menolak kok.
*