PARAPET

Tika Lestari
Chapter #15

Jarak

Sayup-sayup aku mendengar suara Satria di ruang tamu. Aku masih nyaman di bilik bercat hijau ini. Pantas saja ada yang nggak mau pindah dari bilik ini. Aku sendiri masih meminjam ponsel Ochi.

Ternyata Satria membalas chat Ochi langsung. Aku agak cemburu dengan respon Satria. Aku ingin juga Satria balas chatku. Tapi mau bagaimana lagi. Aku tidak berhak. Aku hanya bisa diam dan menerimanya.

Bukan kah dulu pernah mengalami seperti hal ini ya? Seharusnya ini hanya ibid alias pengulangan.

Aku bukannya cemburu dengan Ochi, Ochi sendiri sudah punya suami. Hanya saja aku kesal, marah sama Satria. Tapi aku nggak bisa meluapkannya.

Aku masih waras untuk tidak melabrak Satria hanya gara-gara cuek denganku. Sekali lagi, aku masih waras ya.

Ponselku kembali ku aktifkan. Dan apa kabar chatku ke Satria sejak pagi tadi?

Sama sekali tak dibaca.

"Ke ruang tamu yuk Bi," ajak Ochi, dia sudah selesai dandan rupanya. Sedangkan aku masih rembes sejak tadi.

Kebiasaan kalau nggak ngapa-ngapain pasti malas mandi. Ayolah, aku di sini nggak perlu berpura-pura juga dengan kebiasaan ku di rumah. Meski aslinya risih sih, tapi lebih risih lagi kalau susah-susah buat pencitraan.

"Woy malah bengong," Ochi menowel bahuku, "ke ruang tamu yok, ada anak-anak itu," lanjutnya.

"Males ah, aku di sini saja," balasku.

Takut bertemu Satria, entahlah.

Ochi kemudian berlalu menuju ruang tamu. Dia bukannya lupa kalau ponselnya aku bawa. Ochi memang seperti itu anaknya. Kalau aku pinjam ponselnya entah berapa lama dia tak akan marah atau mau buru-buru ambil. Pengecualian kalau dia emang membutuhkan sekali.

Suara di ruang tamu masih terdengar dari bilik. Aku memang nggak melihat, tapi aku bisa menebak siapa saja yang saat itu sedang bercengkrama.

"Chi, kenapa kok WhatsApp aku?" tanya Satria.

"Aku?"

Mampus, sepertinya Ochi emang nggak tau kalau aku chat Satria lewat ponselnya. Degup jantungku mendadak semakin cepat.

"Ponselku dibawa Rubi, kayaknya dia yang chat kamu deh," lanjut Ochi.

Entah aku harus berteriak atau terbungkam. Yang jelas aku merasa malu kalau menampakkan batang hidungku di depan Satria. Ochi juga kenapa bilang kalau ponselnya aku bawa?

Ya Allah.

"Cieee, tuh tuh, udah ada kemajuan nih."

Suara yang sangat,,,, hmmmm tak aku suka.

Ya, Rea selalu saja ikut campur. Entah apa maunya itu anak. Aku sebel kalau dia ikut campur urusanku. Apalagi yang menyangkut Satria.

Lihat selengkapnya