PARAPET

Tika Lestari
Chapter #25

Langkah Kejelasan

Satria melihat buku menu itu, tapi ponselnya juga belum terlepas dari tangannya. Duh, siapa sih yang lagi chat dia itu. Nggak tau ya kalau dia lagi jalan sama aku?

Aku kesal sendiri tapi nggak tau harus dilampiaskan seperti apa. Alhasil, aku hanya melihat gerik Satria saja saat memilih menu.

"Hmmmm, nama menunya aneh-aneh."

Ucapan Satria ada benarnya. Karena nama menu itu aneh-aneh. Kalau di Surabaya juga nggak seekstrim ini menunya.

Es harapan bukan palsu

Es mengingat gebetan

Es jangan ada modus

Es mantan tak berhati

Eh mau bilang sayang

Es yang ada di hati

Es kasih tak sampai

"Aku yang ini saja Bi," Satria menunjuk menu yang dipilihnya untuk aku catat, "sama martabak keju," lanjutnya.

Aku kemudian mencatat pesananku juga. Kami sama-sama memesan es karena cuaca cukup panas tadi. Tidak memungkinkan kalau pesan kopi atau minuman hangat lainnya.

Hanya saja untuk camilan aku lebih memilih kentang krispi. Bukannya tidak tertarik dengan menu yang lain. Tapi aku takut kecewa dengan aslinya. Soal martabak, sebenarnya suka banget sama martabak telur. Biasanya masih enak cita rasa martabak dipinggir jalan. Ada juga tahu bakso yang aku juga suka. Tapi masih tidak yakin bahwa tahu bakso di sini lebih enak dari tahu bakso di koperasi kampus.

Akhirnya kentang krispi saja, yang rasanya tidak mungkin berubah menjadi jamur krispi. Lagipula siang-siang begini pesan nasi juga nggak selera. Ditambah lagi dengan perasaanku yang penuh dengan tanda tanya saat ini.

Aku memberikan kertas pesanan ke arah kasir. Meninggalkan kertas pesanan yang bertuliskan.

Es mau bilang sayang 1

Es yang ada di hati 1

Martabak keju 1

Kentang krispi 1

Air mineral 1

Oh iya, aku paling nggak bisa makan sebelum minum air putih. Bukannya nggak bisa juga sih, cuma apa ya, kebiasaan minum air dulu kali.

Lihat selengkapnya