Semenjak kita pergi berdua tempo hari, hubungan kami semakin membaik. Satria tidak lagi cuek denganku, bahkan saat di basecamp pun kita banyak berkomunikasi. Aku menikmati kedekatan ini, masa-masa yang pernah membuatku tersakiti manakala dia dulu mundur begitu saja.
Aku bersyukur karena kejujuranku kemarin tidak membuat Satria menjauhiku. Kadang ada sebagian orang yang merasa ilfiel jika mengetahui isi hati. Berhubung kami menyadari kalau kami yang sama-sama salah, jadi selepas itu baik-baik saja. Begitulah yang aku nilai, akan tetapi aku masih menjadi pribadi yang paling merasa bersalah. Sudah menyia-nyiakan rasa yang dulu dipercik olehnya.
Satria tidak lagi menjauhiku, dia sendiri terlihat seperti menikmati kedekatan ini. Tapi tetap saja Satria tidak akan pernah mengucapkan kata yang sangat aku nantikan. Kami biasanya memiliki agenda rutin disetiap harinya. Sejak usai subuh, ada saja hal yang dilakukan Satria untuk membuatku nyaman tanpa aku minta.
Setiap subuh aku menjadi makmum tunggalnya, lebih tepatnya makmum yang belum halal. Teman-teman di basecamp juga paham dengan hal ini. Jika Satria bersiap-siap menjadi imam sholat, ketika aku sedang memakai mukenah, otomatis para pria tidak ada yang berani di belakang Satria. Mereka semua memberi kami keleluasaan untuk lebih dekat.
Terutama Fitri yang sangat mengasihani aku sejak awal KKN. Kini Fitri ikut mendukung kedekatanku dan Satria. Tapi dia juga mengingatkan aku supaya tidak terlalu terbawa perasaan dengan Satria. Mengingat Satria juga tidak ada tanda-tanda untuk menjadikan aku seorang kekasih.
Aku terbiasa menjadi makmumnya karena memang kami sama-sama mau. Aku tidak percaya diri saat pertama kali sikapnya manis kepadaku. Aku takut menjadi semakin berharap. Tapi aku menyadari kalau semua ini sudah terjalin.
Siang hari kami juga sering makan bareng. Memang tidak mewah, karena kami hanya makan sambal kacang panjang dan ikan asin yang aku beli bersama Rinai di pagi hari. Sesederhana itu, aku makan berdua bareng Satria dengan satu cobek.
Bahkan jika sore hari, kami juga sering ngobrol bersama untuk sekedar berbincang-bincang. Kalaupun ada urusan di luar basecamp entah ke mana, kami selalu dipasangkan. Selama Satria tidak keberatan, aku juga tidak keberatan.
Seperti saat ini, aku dan Satria sedang duduk di kursi ruang tamu. Aku mengerjakan laporan KKN yang sudah menjadi tanggung jawabku. Tinggal mengedit saja sih barang kali ada yang kurang. Sedangkan Satria sibuk dengan ponselnya sediri. Tapi dia tetap di sampingku tanpa aku minta untuk menemani. Dan bahagiaku ialah sesederhana itu.
Teman-teman yang lain juga sibuk dengan urusan masing-masing. Bahkan ada yang sudah tidur karena jam sudah menunjukkan pukul 9 malam.
"Mau buat minuman nggak Bi?" tanya Satria.
"Boleh saja kalau kamu mau buatin hehehe," aku menyahuti dan memamerkan gigiku.
"Mau apa? Energen?"
"Boleh."
"Ya sudah aku buatkan."
Satria kemudian menuju dapur, meninggalkan ponselnya karena diletakkan di sampingku. Aku tetap melanjutkan pekerjaanku untuk mengedit laporan. Tidak terlalu susah karena aku hanya membutuhkan waktu 20 menit.
Selanjutnya aku gunakan laptop untuk membuka lama Facebookku yang sudah jarang aku buka. Sekedar melihat beranda dan beberapa marketplace.
Begini lah perempuan,,,
Aku penasaran dengan ponsel Satria yang masih menyala. Aku sedikit melirik ponselnya, sepertinya sih kayak film anime gitu.
"Itu lagi lihat apa sih?" aku bertanya-tanya karena penasaran. Tapi aku juga nggak mau lancang membuka ponsel miliknya.
Aku kembali memfokuskan pandangan pada laptopku. Kemudian Satria terlihat sudah selesai membuat minuman. Membawa dua cangkir untuk kami berdua tentunya.
"Minum gih, selagi masih hangat," ucapnya.
"Makasih ya Sat."