Sekitar dua jam lah kami akhirnya tiba di Tawangmangu. Dari tempat parkir bus menuju lokasi wisata, kami berjalan lumayan jauh. Apalagi jalanan juga dataran tinggi dengan anak tangga yang sangat banyak. Kaki jadi terasa banget capeknya. Padahal ini masih di area pintu masuk. Belum lagi kalau sudah di area air terjunnya.
Aku masih bersama Fitri, sedangkan Rinai sudah pencar bersama Yudit. Aku kembali lagi melihat Satria, ternyata dia sudah sama Rea dan Fernando. Aku tak melihat Farel di antara mereka, karena Farel sudah disabotase sama anak Pak RT.
Aku dari tadi sama sekali nggak menggubris Farel. Karena aku kesel banget sama dia. Aku bukannya cemburu karena dia dekat dengan anak Pak RT. Tapi yang aku nggak suka itu dia sudah mengkhianati pacarnya secara tidak langsung.
Dan aku nggak suka dengan sikapnya gitu. Aku kira Farel beda dengan cowok kebanyakan. Sepertinya Farel tau kalau aku nggak suka. Buktinya dia tadi tanya kenapa kok lihat aku cemberut aja. Aku sih nggak menanggapi omongan Farel.
Aku berjalan sama Fitri setelah mendapat tiket dari Yudit. Pemandu wisata bilang supaya nggak memperlihatkan bawaan kami. Karena kalau para monyet melihat, dia akan mengambil paksa bawaan itu.
Oh iya, jadi Tawangmangu ini air terjun yang terletak di Jawa Tengah. Perlu turun ke bawah dulu untuk bisa melihat air terjun itu. Sepanjang perjalanan kami menemukan beberapa pasang monyet. Habitatnya sudah di sini, jadi bebas di alam liar. Monyet di sini juga nggak jahat, aku tau karena mereka semua nggak ngejar. Kecuali kalau ada yang bawa snack atau makanan pasti dia rebut.
Aku beberapa kali berhenti sama Fitri untuk mengambil spot foto yang bagus. Aku nggak peduli sama Satria yang sibuk ketawa ketiwi sama Rea. Sebenarnya sih aku cemburu, tapi lagi-lagi aku nggak berhak.
Fitri paham dengan raut wajahku yang terlihat bertekuk. Dari tadi dia malah nyuruh aku manggil Satria. Aku sih nggak mau, emang aku cewek apaan manggil-manggil duluan.
Sudah lah biarin, toh aku juga nggak mau tau urusan dia. Kapan hari juga seharian sudah sama Satria. Mungkin dia sekarang lagi ingin bersama lainnya. Cowok kan gitu, suka bosen.
Tapi aku nggak melihat hal itu di diri Yudit dan Rinai. Dia masih saja berdua, seakan nggak mau diikuti yang lain. Aku sama Fitri sih cukup berdua, yang lain juga sudah sibuk dengan urusan masing-masing.
"Ini anak-anak pada ilang kemana coba?" ucap Fitri.
"Kita terlalu lama berhenti Fit, dari tadi foto mulu, jadinya kan tertinggal jauh sama mereka."
Aku menoleh sekeliling, emang sih ini jalanan terbuka, tapi kalau lama terpisah rombongan nggak enak juga. Ini kan tempat asing bagi kami. Padahal banyak orang kok di sini, cuma jalanan atau tangga yang berundak sehingga menyulitkan untuk melihat rombongan.
Aku agak sedikit parno sama monyet, takut dikejar gitu. Sama kucing saja aku nggak berani. Apalagi sama monyet, belum lagi kalau bulu-bulu itu tersentuh tangan. Aku ngeri membayangkannya.
"Fit, jalan cepet yuk, takut sama monyet ini kalau berdua aja," ucapku.
Fitri menoleh sekitar untuk memastikan apakah kita emang lagi berdua aja, "yaudah ayok."
*
Sekitar 20 menit kami sudah sampai di area air terjun. Aku dan Fitri paling lama sampainya, karena kami berdua memang pelan sekali sehingga tertinggal dari rombongan. Selanjutnya kami melakukan sesi foto yang sudah menjadi naluri untuk diabadikan.