"Perhatian juga nich cowok.” Sita mulai tersentuh hatinya.
“Mari Non ... sebelum terlambat.” Senyum simpel yang tak dibuat-buat nampak di ujung bibirnya. Sita pun menerima helm itu dan naik di atas motor kesayangan Rio.
“Awas jangan ngebut ya ...” bisik Sita pelan. Aku takut lama gak naik motor model begini.”
Terang saja Rio sengaja melakukannya untuk mengambil kesempatan agar Sita bisa memegangi pinggangnya.
Sita protes dengan mencubit pinggang Rio.
“Ha ha ... kalau tidak ngebut, kamu pasti terlambat Non.”
“Huh ... moduskan?” pelotot Sita.
Rio hanya melirik cewek idamannya lewat spion, senyumnya merekah bak sinar mentari pagi yang semangat menyambut bumi.
Tak lebih dari 1 jam, mereka sampai di halaman kampus. Sita melirik jam di pergelangan tanganya, masih ada waktu 15 menit. “Bener juga Rio, pikirnya.
“Makasih ya Ri, aku masuk dulu. Oh iya kamu langsung pulang kan?” tanya Sita sambil melepas helmnya.
“Sebenarnya aku gak ingin buru-buru pulang, gimana kalo aku tunggu kamu sampai selesai. Kapan lagi tanggung nich.”
Sita melotot ke arah Rio. Apa kata Reni nanti kalo ia ditungguin cowok di taman kampus.
“Gak usah Ri, aku nanti naik angkot saja.”
“Yakin gak mau nich, liat tuh cuaca mendung, nanti kamu kehujanan, waktu pulang jalan ke depan kan jauh, Sit.” Rio masih santai di atas motornya.
“Kamu nyolot banget sich, ya sudah aku masuk dulu.”
“Semoga lancar ya ujiannya!" teriak Rio.
Sita berhenti melangkah dan dia pun menoleh ke belakang dan menyahut, “Makasih Ri.” Rio tersenyum ke arahnya.
“Ihh ... jangan sampai aku jatuh cinta pada orang itu. Hiiii ...” Cepat-cepat Sita melangkah ke lantai atas.