Zoya kalang kabut di rumah. Hilangnya Raptanta masih jadi teka-teki yang bikin pikirannya jungkir balik. Ke mana sih laki-laki itu pergi dan bagaimana caranya? Dengan secepat itu. Laptop yang biasanya Raptanta bawa ke mana-mana, bahkan dia bawa pulang saat terus berada di sekre.
Tapi Raptanta gak akan kenapa-kenapa, kan?
Ponsel yang dia genggam erat, kembali memunculkan berbagai pesan baru di dalam grup panitia persiapan lomba. Chat grup hanya penuh dengan pesan yang menanyakan keberadaan Raptanta.
Grup Umum Lomba CD
Matcha [Humas]: Proposal mana, yaaaa? Kok gak ada?
Bang Yuda [Acara]: Print aja lah sendiri, Ca.
Matcha [Humas]: Yang dokumen atas belum dittd sama Ketua Umum!
Bang Green [Humas]: Raptanta ke mana, sih, anjir!? Di sekre juga gak ada. Gue mau minta ttd biar cepet diprint.
Bang Green [Humas]: Alamat gue diamuk Matcha. Please bantuin gue, Guys. Tarik Raptanta ke hadapan gue sekarang juga!
Griselda: Masih di rumah kalik @Zoya?
Zoya: Bentar.
Zoya mencari file dengan tanda tangan digital Raptanta. Kemarin dia sangat panik dan pikirannya seolah hilang. Baru lah dia mengirim final proposal yang sudah ditanda tangan Raptanta ke grup.
Zoya: Sorry, kemarin gak sempet di-print.
Mahessa: Gak apa-apa, Joy. Lo udah baikan?
Matcha: Zoya sakit?
Mahessa: Iya.
Akal-akalan Mahessa yang sangat membantu!
Lelaki itu bahkan mengirim pesan pribadi padanya.
Mahessa: Raptanta belum pulang?
Zoya: Belum, Kak.
Mahessa: Lo kasih tahu polisi gak cerita aslinya?
Zoya: Iya lah! Tapi katanya tunggu 24 jam dulu.
Zoya menggigit bibir. Dia kemungkinan orang terakhir yang melihat Raptanta sebelum menghilang. Jadi, sebenarnya, ...
Intan—ibunya—terus bertanya tanpa henti, suaranya penuh kecemasan. "Kamu yakin gak lihat Raptanta?"
.... dia berbohong.
"Nggak!" jawab Zoya sambil menghela napas.
"Temennya? Gak ada yang tahu dia di mana? Barangkali di rumah temen deketnya?" tanya Intan lagi, suaranya semakin tinggi.