7 Maret 2020
Forum kejujuran adalah salah satu tradisi TC. Tujuan forum ini adalah memberikan evaluasi sejujurnya. Bukan hanya tentang perkembangan bahasa Inggris. Tapi perkembangan bahasa tubuh. Bahasa lisan. Perkembangan mental dan apapun yang kita lakukan jika itu dianggap bermasalah.
Sebulannya ada dua evaluasi. Satu evaluasi berskala kecil, dimana laki-laki dan perempuan dipisah. Dilakukan di aula camp masing-masing. Satu lagi berskala besar. Evaluasi gabungan. Tujuannya tetap sama yaitu, membongkar semua aibmu di depan mukamu.
Di malam Sabtu ini kami bertemu di Valencia. Salah satu ruang kelas belajar, di belakang office. Tidak jauh dari IELTS centre.
“Jangan ada baper ya. Jangan ada dusta. Jangan ada dendam. Program ini diadakan demi kebaikan kita. Semua permasalahan silahkan dituntaskan.”
Begitu arahan Memo. Panggilan kesayangan kami pada Ms. Rindu, sebagai pengasuh kami. Sedangkan Pepo untuk Mr. Sam.
“Siapa yang mau maju pertama?”
Orang yang akan dievaluasi akan didudukan di tengah-tengah. Disidang seperti seorang pendosa. Yang lainnya bergantian menghakimi. Memberikan kritikan sesuka hati tanpa boleh dibantah apalagi mencari pembenaran.
“Saya Memo.”
Dewa masih seperti biasa. Urusan tampil di depan selalu menjadi obsesinya. Meski itu untuk dihujat.
Duduklah dia di tengah-tengah. Memutar-mutar tubuhnya. Menghadap kearah yang memberikan kritikan.
Hilda mengancungkan tangan dengan semangat sebagai orang pertama.
“Kamu itu terlalu suka tampil prioritas di muka umum.”
Mereka sebenarnya sama saja. Suka berebut tampil di muka umum. Maski wajah Dewa terlihat ingin membalas dengan sengit tapi kemudian hanya menulis yang dikatakan Hilda dengan pasrah.
Evaluasi terus berjalan. Seperti sederet kartu remi yang roboh. Sambung menyambung hujatan yang semoga saja bermanfaat. Banyak juga yang diam, tanda tidak ada masalah dengan Dewa, semenjengkelkan apapun dia.
“Aku tahu kamu pintar. Suka bercanda. Tapi ketika belajar grammar di kelas. Kamu itu terkesan terlalu meremehkan.” Timor memberikan keritikannya.
Sampai kemudian Dewa selesai. Disusul dengan yang lain. Silih berganti sampai tiba giliranku.
Aku memandang sekeliling. Memprediksi ekspresi teman-temanku.
“Sebagai teman sekamar aku merasa kamu sangat baik.” Hilda memujiku. “Cuman, kamu terlalu berantakan. Di kamar kita, barangmu loh yang paling banyak berserakan.” Dan inilah inti sebenarnya.
Kulirik Cacun dan Nafa sekilas. Wajah keduanya sama saja. Sama-sama menyalahkanku. Tak sadarkah mereka? Akulah korban mereka yang memonopoli lemari kamar kami.
“Diantara kami, kamu yang paling bermasalah belajar grammar,” ucap Dewa yang memang merasa forum ini harus jujur sejujurnya. “Tapi aku akan selalu dukung kamu. Semangat!”
“Kalau ada masalah jangan pendam sendiri. Berbagi sama kami,” saran yang lain.
“Tolong, jangan suka bandingin diri kamu dengan yang lain,” tambahan dari yang lain lagi.