Kawan, sertifikat TOEFL hanyalah sebuah kertas bernama yang mewakili salah satu kemampuan manusia : berbahasa. Bahasa sendiri adalah sebuah alat untuk berkomunikasi, tak berarti apa-apa tanpa konten komunikasinya. Yang lebih perlu kita tajamkan adalah wawasan-wawasan lain untuk kemudian kita sampaikan dan bagi dengan alat ini. Pelajari apapun yang baik melalui alat ini dan sampaikan dengan alat ini juga, jadi alatnya tidak akan sia-sia.
Bukan berarti aku meremehkan kemampuan berbahasa ketika kubilang jangan bangga. Tak mungkin kutulis tulisan ini jika memang kuanggap remeh ia. Justru aku ingin mendorong kawan-kawan untuk menghargai setiap pencapaian yang sudah didapat. Sering kutemui teman yang menyesali keputusannya ke Pare, yang merasa belajar sia-sia, kutebak mungkin karena ia sendiri tidak menyadari prestasi dan potensinya. Dengan menghargai setiap hal baru yang kamu raih, kamu bisa mencintai apa yang kamu lakukan dan tidak merasa salah arah. Tidak akan ada juga yang perlu disesali jika kamu sudah lakukan dengan sungguh-sungguh.
Nanti kuharap aku dapat bertemu dengan kamu. Masih banyak sekali yang sebenarnya ingin kuceritakan dan kubagikan, hanya aku takut surat ini jadi membosankan. Biarlah aku sampaikan sisanya ke kamu secara pribadi saja. Ingin juga kudengar ceritamu yang pasti juga tak kalah kacau dan menarik. Tak sabar rasanya menunggu. See you when I see you.