16 Maret 2020
Bukan hanya pelajaran yang semakin sulit. Tapi keadaan ekonomiku. Meski sudah berhemat sampai mau mati. Puasa Daud di tengah padatnya jadwal, terasa merenggang nyawa. Beberapa kali aku buka puasa hanya dengan air putih. Barulah ada zat padat menuruni perutku pada jam 20:30 bahkan lebih, setelah program malam selesai. Aku tidak mau teman-teman tahu tentang nazar puasa Daud itu dan aku yakin bisa bertahan. Sebelum keadaan berubah diluar nalar.
Hari-hariku masih disibukkan oleh bahasa Inggris. bergulat dengan speaking. Bercumbu dengan grammar. Fokus hanya pada satu hal, memenuhi alasan kenapa aku berada di tempat yang begitu jauh dari kampung halamanku. Sebelum tiba-tiba semuanya berubah dalam serentak. Mendadak. Brutal.
Pertemuan pertama yang tidak pernah diharapkan dan direncanakan tengah berlangsung di ruang IELTS. Hampir seratus orang berkumpul. Keluarga besar lembaga, tenaga administrasi, tutor dan anggota TC. Semuanya duduk bersila tanpa barisan. Tapi membentuk dengan jelas satu jalan di tengah-tengah yang sekaligus memisahkan kelompok laki-laki dan perempuan.
“Kita semua sudah tahu apa tujuan dari pertemuan ini. Sudah begitu banyak informasi yang sudah kita terima. Tapi mari kita simak langsung dari pakarnya.”
Dengan bahasa Indonesia yang sopan, moderator laki-laki yang merupakan salah satu tutor lembaga, meminta kepada pemateri untuk segera menyampaikan alasan penting pertemuan malam ini.
Seorang laki-laki berseragam putih-putih mengambil alih forum pembicaraan.
“Mungkin pertemuan ini tidaklah sepenting yang kalian bayangkan,” candanya setelah panjang lebar memperkenalkan diri.
Laki-laki itu merupakan salah satu dokter di rumah sakit di Kediri. Rumah sakit mengutusnya dan tim untuk melakukan sosialisasi.
“Virus corona saat ini sedang menjadi topik utama yang dibicarakan di seluruh dunia. Hampir semua media memberitakan penyebarannya yang sangat pesat. Karena itu dilakukan sosialisasi ini sebagai antisipasi pencegahan untuk daerah kita. Saudara-saudara juga bisa membaca tentang virus ini di brosur yang sudah kami bagikan.”
Seperti dikomando, serentak menunduk. Mengarahkan mata pada brosur di tangan yang sudah dibagikan oleh dua perempuan yang menyertai pak dokter. Brosur itu menyajikan beberapa informasi tentang virus corona. Bahaya dan pencegahannya.
Tidak cukup sekedar membaca informasi. Dokter tersebut juga memberikan penjelasan lisan. Serta praktik sederhana seperti metode mencuci tangan, hal yang dianggap sebagai bentuk pencegahan paling sederhana. Walau kemudian di akhir pembicaraannya dia tetap bercanda.
“Tidak perlu terlalu panik. Virus corona ini bahasa Inggrisnya made in China. Sama seperti buatan China yang lain. Meskipun sederhana tapi selalu sukses di pasaran.”
Sontak para hadirin tertawa.
Sampai forum ini selesai tidak ada satupun informasi yang menghawatirkan seperti yang digembor-gemborkan media. Kami bubar, dokter dan timnya pergi. Dengan santai dan sepelenya, aku dan beberapa yang lain menertawakan brosur yang kami bawa pulang. Sebelum disepak masuk ke tong sampah.