#PARE(tidak)JAHAT

Ilma Wahid
Chapter #27

Dunia mode On

Mei 2020

Kami sudah masuk bulan Ramadan. Kelas daring tetap berjalan. Aku seperti hidup di gawai saja. Jika bukan untuk belajar berarti bergosip ria di grup TC kami. Mungkin satu-satunya kebaikan “study from home” adalah bisa mengenal semuanya. Beberapa orang yang selama ini tidak akrab karena sibuk di kelas masing-masing. Seperti kelas A dan B. Tapi di grup ini semuanya bisa nimbrung berheboh ria kapanpun. Bagi yang punya waktu luang tentunya. Karena sebagian yang lain mulai sibuk dengan aktivitas masing-masing di rumah. 

Cacun Jakarta: (mengirim foto sedang mengantri membeli makanan buka puasa) buka yok!

Nina Wakatobi: Di sini sudah kenyang (mengirim foto setumpuk piring kotor yang belum dicuci)

Timor Jayapura : Titip satu yang manis.

Hilda Yogya: Siapa? Semua anak TC manis-manis. 

Timor Jayapura: Yang termanis.

Zen Kediri : Aku dong.

Nafa Lombok: Jangan hanya yang manis. Tapi juga yang matang. Jangan yang banyak bercanda.

Aku: Lebih baik yang diam tapi menghanyutkan.

Hilda Yogya: Kamu itu menenggelamkan. Cie yang lagi PDKT (mengkhusukan pesan ini padaku)

Cacun Jakarta: Kak Alan lagi PDKT sama siapa?

Nafa Lombok: Ada gosip yang tidak aku tahu?

Aku tetawa. Berhalusinasi rupanya benar-benar menyenangkan.

***

Sewaktu-waktu untuk membunuh rasa bosan. Kucoba membuka sosial media. WA, FB, Twitter, IG dan You tube. Menghibur hati dengan mengikuti trending terbaru. Terpopuler. Semuanya hampir sama saja, masih tentang berita virus corona. Suram. Sesuram jaringan yang menguji kesabaran.

Rasanya aku kehabisan akal menjalani masa pandemik ini agar menyenangkan. 

Hari-hari menjelang lebaran pada tanggal 24 Mei. Grup Wa kami sibuk bukan main. Mengirim berupa-rupa bentuk gambar. Gambar diri sendiri. Gambar logo organisasi. Gambar ketupat. Gambar keluarga. Berangkai-rangkai kata-kata indah. Dari yang pendek, sedang, panjang, sampai panjang sekali. Berbahasa arab, inggris dan Indonesia. Semua itu pada akhirnya berkerucut pada satu inti. Lima kata. “mohon ma’af lahir dan bathin.” 

Hilda mengubah nama grup TC kami, menjadi “Ketupat Sayur”. 

Hilda Yogya: Jadi terharu hanya bisa salaman lewat pesan (emoticon mata berkaca-kaca)

Cacun Jakarta: Aku sudah nangis malah.

Zen Kediri: Aku meraung-meraung.

Timor Jayapura: Aku sampai tidak bisa berkata-kata.

Nafa Lombok: Guys, sedih dak sih kisah kita?

Yang lain: Buat cerita gih.

Timor Jayapura: Setuju! Aku tokoh utamanya.

Cacun Jakarta: Gak bakalan laku!

Zen Kediri: Laris manis di hatiku.

Hilda Yogya: Eh, serius. Bagus loh buat cerita. Ayok yang suka nulis Nina dan Alan.

Lihat selengkapnya