LilyPut ternyata sebagaimana resto pada umumnya. Sebuah resto yang lumayan luas bergaya klasik. Terlihat cukup nyaman. Selain ruang utama yang menggunakan meja kursi, di sayap kanan kiri bangunan sepertinya berkonsep lesehan. Ada beberapa meja berkaki pendek dan tikar pandan. Tentu saja tak ada kurcaci di sana. Dan pemiliknya sama sekali tak seperti Putri Salju. Dia seorang perempuan mungil berpenampilan eksotis. Mengingatkanku pada seorang celebrity chef yang sering muncul di televisi.
"Dulu aku dipanggil LilyDolly. Mau tak mau sekarang jadi LiLyPutat. Itulah mengapa restoku ini kunamakan LilyPut," terang Lily, Si pemilik resto saat berkenalan denganku tadi. Sekarang perempuan itu sedang sibuk wira-wiri menambahkan bunga-bunga segar di meja-meja resto. Aku bertanya-tanya, dari mana dia belajar merangkai bunga? Tatanan bunganya terlihat seperti hasil rangkaian seorang florist. Dari mana pula modal mendirikan resto seperti ini. Apa hasil menabung waktu masih di Gang Dolly? Kecil kemungkinan seperti itu, karena yang sering kudengar, biarpun para PSK bisa mendapat uang dengan mudah, tapi cepat pula habisnya. Easy come, easy go.
Hufff, kenapa pula aku memikirkanya? Bukan urusanku juga. Kurang kerjaan. Aku memang datang terlalu pagi. Deni pasti tak memikirkan akan ada perbedaan persepsi soal minggu pagi bagi dia dan bagiku saat menulis undangannya. Jadi aku datang pukul 8 pagi, dan ternyata acaranya baru akan mulai pukul 10 pagi. Malas pula aku buat putar balik. Sekalian saja menunggu.
Aku duduk di sudut resto, berharap ada teman-teman yang satu persepsi soal waktu denganku dan datang kepagian juga. Dan kemungkinan tak akan ada. Tentunya yang lain akan tanya pada Deni dulu pukul berapa tepatnya acara dimulai. Sepertinya cuma aku yang tidak melakukannya.
Lily berjalan menghampiri mejaku dengan membawa nampan. Semakin dekat aroma kopi menguar dari nampan yang dibawanya.
"Breakfast time!" kata Lily riang seraya meletakkan nampan di meja. Dua cangkir kopi panas dan dua tangkup roti bakar terhidang di depanku, berikut dengan penyajinya juga. Lily duduk di hadapanku sambil tersenyum manis, yang malah membuatku jadi gugup.