"Jadi karena perempuan bernama Lara itu ya, Kapten Gustav memilih tak menikah hingga sekarang?" tanyaku lebih seperti gumam. Aku dan Izal sudah kembali ke dapur, melaksanakan tugas menyiapkan makanan. Kami hendak memasak bakso ikan dan perkedel kentang untuk menu makan siang.
"Mungkin, ada beberapa lelaki yang tipenya seperti itu, meski sepertinya jarang, mencintai hanya sekali seumur hidupnya dan tak bisa lagi berpindah ke lain hati, bisanya hanya ke lain body," jawab Izal.
Aku jadi berpikir, apa aku tipe seperti itu? Sepertinya sih tidak, meski aku juga tak tahu pasti, sebenarnya aku ini pernah serius jatuh cinta apa belum? Mungkin hanya sebatas naksir, tapi bukan cinta. Sama Lily pun aku belum yakin. Hanya saja, aku berniat serius dengannya. Mungkin aku perlu waktu lebih lama untuk memantapkan hati, bahwa Lily adalah perempuan yang tepat untuk kucintai. Tiba-tiba aku teringat sesuatu.
"Ehh, kemarin kau bilang, perempuan yang dicintai Kapten Gustav dulu sekarang jadi tantemu? Berarti dapat om kamu ya?"
"Iya. Kau ingat sahabat Kapten Gustav yang mengurusi segala keperluan pernikahannya dengan Lara? Sebenarnya mereka bukan sekedar sahabat saja, tapi masih ada hubungan keluarga, karena dia adik ibuku. Jadi adik dari saudara ipar Kapten Gustav. Aku memanggilnya Om Jaya. Jadi dia om dari pihak ibuku, Kapten Gustav dari om dari pihak ayahku. Nah, akhirnya Om Jaya itu menikah dengan Lara," terang Izal sambil tangannya tetap menyiapkan bumbu dan sayuran untuk bakso. Aku mendengarkan sambil mengupas kentang untuk perkedel. Saat masak begini, kami berdua adalah penguasa dapur. Karena itulah kami bisa bebas bercerita mengenai Kapten Gustav dan Lara. Tak ada orang lain di sekitar kami. Para pramusaji akan masuk dapur ketika semua menu sudah siap disajikan.
"Kisah cinta yang unik ya mereka bertiga itu. Kok bisa Lara akhirnya menikah dengan sahabat Kapten Gustav? Om kamu itu," kataku tak habis heran.
"Itu kisah cinta yang lain lagi. Gampangnya, yang namanya jodoh itu terkadang memang aneh. Pacaran sama siapa, nikahnya sama siapa. Pernah aku tanya Om Jaya, kenapa bisa memilih Lara, mantan kekasih sahabatnya, untuk dinikahi? Jawabnya, awalnya dia kasihan melihat Lara setelah pisah dengan Kapten Gustav. Lara seperti kehilangan sandaran hidup, meski berusaha tegar di depan Kapten Gustav. Dari iba berubah jadi cinta. Dan Lara lambat laun bisa menerima Om Jaya. Setelah lima tahun, akhirnya mereka berdua menikah.
"Keluarga ibumu tak melarang?"
"Posisi Om Jaya saat itu lebih menguntungkan. Setahun sebelum mereka menikah, kakekku, satu-satunya orang tua di keluarga ibuku yang masih tersisa, meninggal. Tinggal Ibuku dan satu lagi tanteku, adik Om Jaya. Mereka berdua perempuan yang berpikir moderat. Prinsip mereka asal sudah saling cinta, buat apa dihalangi? Toh sudah dewasa, tahu resiko yang harus ditanggung dengan pilihannya.
"Sepertinya, Om Jaya-mu itu selama 5 tahun itu menunggu saat yang tepat untuk menikah."