Party Doll(y)

Maia Gee
Chapter #20

Pesta Bujang

Menjelang dua minggu pernikahan Deni dan Cleo, segala sesuatunya berjalan lancar. Banyak teman yang tak segan membantu. Termasuk konsep Lily untuk menyelenggarakan pernikahan di kapal pun bisa terakomodasi. Berkat Kapten Gustav yang di luar dugaanku, dengan antusias bersedia membantu apapun yang bisa dia bantu untuk pernikahan Deni.

"Aku gagal melaksanakan pernikahanku sendiri, jadi biarlah aku menebusnya dengan membantu pernikahan orang lain bisa terlaksana seperti yang dia inginkan," ucap Kapten Gustav dengan nada yang kesannya dalam. Lalu Kapten Gustav menyarankan untuk menyewa kapal kami satu rute perjalanan, dari Tanjung Perak ke Tanjung Benoa.

"Memang kapal kita ini bukan kapal pesiar, tapi dengan sedikit sentuhan, Kafetaria kita bisa jadi tempat pernikahan yang istimewa. Bisalah kalau cuma buat 100 orang undangan. Nanti aku bicarakan ke Big Boss, buat rundingan harga. Deni kan kerja di perusahaan yang sama dengan kita. Pasti Bos mau beri harga spesial," terang Kapten Gustav.

"Soal perijinannya bagaimana, Kapten?" tanyaku

"Biar nanti aku sekalian yang urus itu," sahutnya. "Jadi kalian punya waktu sekitar 20 jam, dari menyiapkan dekorasi pernikahan, peralatan seperti sound sistem yang kalian perlukan dan lain-lainnya, hingga usai acara. Cukup kan?"

"Sepertinya cukup, Kapten. Acaranya sederhana sebenarnya. Yang luar biasa tempatnya. Oh ya, kalau soal hidangannya bagaimana?"

"Kamu rembug saja sama Izal. Misal ada tambahan menu dari luar bisa kamu kondisikan juga sekalian."

"Baik, Kapten!" Aku pikir sepertinya perlu mengajak Lily bertemu Izal untuk membicarakan soal hidangan.

"Oh ya, aku ingatkan. Itu berarti kalian masih harus mikir untuk pulang ke Surabaya, ya! Kalian bisa carter 2 bus di Denpasar untuk pulang."

"Iya, itu sepertinya bisa saya atur sendiri nanti."

"Ya sudah, anggap saja urusan tempat sudah beres. Hanya saja, pastikan minta copy identitas tiap undangan, buat reservasi penumpang."

"Siap, Kapten. Terima kasih banyak untuk bantuannya. Mewakili Deni juga, saya ucapkan terima kasih."

"Biasa saja, tak usah sungkan begitu. Kuharap tak lama lagi aku bisa bantu-bantu pernikahanmu juga," ucap Kapten Gustav sembari menepuk bahuku. Aku hanya tersenyum, tapi dalam hati aku mengamini.

###

Sekarang tinggal memikirkan tugasku untuk menyiapkan Pesta Bujang yang diminta Deni. Pesta Bujang ini menjadi semacam ritual tak resmi para jomblo di kelompok kami, Para Dewa Dapur. Di pesta itu anggota kelompok yang belum beristri, kumpul-kumpul semalam suntuk untuk merayakan salah satu teman yang akan melepas masa lajangnya. Aku dan Deni berencana reservasi dua pondok yang berdampingan di resort yang ada disekitar Labuan Bajo. Di Labuan Bajo pula rute terakhir 3 kapal di perusahaan kami. Aku sudah mengkonfirmasi ada 10 teman yang bisa gabung, karena kebetulan kapal mereka pas sandar di sana. Semuanya masih jomblo, kecuali Sam yang katanya mau gabung sebagai tamu kehormatan. Ahh, ya sudah. Dia kan ketua kelompok kami.

Sempat terbersit di pikiranku, Labuan Bajo cukup dekat dengan Ende, kampung halaman Deni. Aku juga sudah ungkapkan itu ke Deni beberapa waktu lalu.

"Apa tak terlalu riskan, Den? Labuhan Bajo cukup dekat lhoh dengan Ende. Kamu yakin nggak apa-apa jika kita bikin Pesta Bujang di sana?"

"Aku pilih Labuan Bajo justru karena bagiku itu tempat yang paling pas buat Pesta Bujangku. Afdolnyanya sih di rumahku, ya kan? Tapi itu tak mungkin. Jadi di Labuan Bajo saja. Paling tidak sudah di Flores. Lagian nggak terlalu dekat juga kali dengan Ende. 400 kilometer, booook," sanggah Deni. Jadi aku turuti saja mau dia. Lagi pula ini cuma pesta bujangnya, bukan pernikahannya

Lihat selengkapnya