Pasar Malam Terkutuk

Yaraa
Chapter #1

1. [Tiara Nadira]

[Tiara Nadira]


Tiara Nadira!

Nama lengkap ku disebut, hari ini ada absen dadakan karena murid-murid dikelas 11-B selalu saja menghilang entah kemana saat guru datang mengajar. Tidak tanggung-tanggung yang mengabsen di kelas kami kali ini ialah Bu Merah–guru kesiswaan yang suka memakai lipstik merah dan berkata-kata nyelekit. Nama aslinya Mira tapi murid-murid lebih suka memanggilnya Bu Merah. Mungkin beliau masih ada darah saudara sama bawang merah yang tayang di serial televisi. Bedanya Bu Merah itu ngajar sambil marah-marah bukan lagi akting marah-marah.

"Silahkan Bu Santi boleh mengajar hari ini, murid-muridnya sudah komplit," ujar Bu Merah berlalu pergi namun melirik sebentar ke arah siswa-siswi kelas 11-B seolah lirikan itu mengandung makna 'saya mengawasi kalian'. Aku menunduk takut enggan melihatnya seolah ingin memakan hidup-hidup.

Bu Santi menjelaskan pelajaran bahasa Indonesia dengan tema menulis novel. Tentu saja hal itu menyenangkan untukku pelajari tapi berbeda dengan teman-teman yang lain seolah pelajaran Bu Santi hanya masuk kuping kanan lalu keluar kuping kiri. Sayangnya bel istirahat berbunyi dan pelajaran harus segera diakhiri. Bu Santi pun pamit undur setelahnya.

Kelas 11-B. Kelas paling terkenal se-SMA Alengka, bukan terkenal akan prestasi tapi tingkat kenakalan muridnya sudah mencapai di atas rata-rata. Masalahnya, aku seolah ditakdirkan untuk terjebak di kelas ini. Aku murid yang baik, tepat waktu dan tidak pernah melanggar satupun peraturan di sekolah namun apa daya karena kebanyakan murid di kelas ini nakal, namaku pun ikut tercoreng. Memang kebaikan akan terhalang oleh kejahatan sekecil apapun.

Tapi dibalik itu semua, kelas 11-B adalah kelas paling mengutamakan solidaritas. Jika salah satu siswa belum mengerjakan tugas entah itu PR atau apapun, mereka akan saling membantu agar si siswa itu dapat nilai. Saluttt!

Ada satu kebiasaan unik lagi di kelas kalau gurunya tidak datang-datang. Semua murid lengkap duduk di bangku masing-masing bersiap mendengar atau menjadi pencerita pengalaman horor. Terkadang aku harus memakai headset kalau mereka benar-benar menceritakan kisah horor, pokoknya aku tidak mau mendengar apapun apalagi berbau astral.

Pernah aku lupa membawa headset dan sedikit mendengar cerita horor dari Agung tentang hantu toilet. Apa kalian tau, aku jadi takut ke toilet saat itu juga apalagi Agung menceritakannya begitu menghayati layaknya pendongeng profesional, semakin seram saja aku mendengarkannya.

----

Pak Zaki–guru bahasa Inggris SMA Alengka di pelajaran selanjutnya menyuruh kami membuat percakapan dalam bahasa Inggris dan langsung dikumpulkan. Aku bersama hanya bisa pasrah karena Bella–teman sebangku tidak mungkin membantu untuk mengerjakannya. Dia tidak bisa menerjemahkan kalimatnya, kalau yes dan no dia paham mengucapkannya bahkan selalu menempel diluar kepala.

Aku sesekali membuka kamus untuk menerjemahkan kata-kata yang sebelumnya ditulis ke bahasa Indonesia sedangkan Bella ya... sibuk bergosip ria di bangku cowok.

Aku benar-benar–ah sudahlah, perasaan itu sudah ku telan lagi.

Ku panggil Bella agar menghampiriku, akhirnya dia menoleh di panggilan yang ketiga lalu datang kepadaku dengan wajah ditekuk. Masalahnya ini tugas yang harus dikerjakan bersama bukan satu kerja tapi nanti setelah dikumpulkan nilainya jadi sama. Kesal sekali aku rasanya.

"Udah ya? gue tinggal nyalin kan?" tanyanya sambil menahan kesal.

Sabar Tiara orang sabar rejekinya tujuh tanjakan, tujuh turunan!

Aku mengelus dada merapal kan kata sabar dan istighfar beberapa kali supaya hati kembali sejuk. Sesejuk embun pagi.

Lihat selengkapnya