Pasar Malam Terkutuk

Yaraa
Chapter #3

3. [Tiara Nadira]

[Tiara Nadira]


Bella hari ini ingin pulang tanpa menggunakan mobilnya eh maksudku di jemput oleh supirnya. Katanya ia ingin sehat dengan jalan kaki menuju rumahku.

"Di rumah lo ada siapa?" Bella bertanya sambil terus berjalan.

"Kalau jam segini belum pada pulang masih di warung," jawabku yang dibalas anggukan kecil dari Bella.

Kedua orang tuaku membangun usaha warung makan kecil-kecilan dan bekerja disana hanya berdua. Aku sesekali datang untuk membantu makan eh nggak deh cuma cuci piring terus pulang.

Seperti biasa aku mencari-cari kunci di bawah pot atau keset sebelum masuk ke dalam. Sedangkan Bella duduk di kursi teras sambil memainkan ponselnya.

"Jorok banget sih! apa gak takut di masukin maling rumah lo?" tanya Bella membuatku menoleh padanya setelah menemukan kunci dibalik keset.

"Mana ada maling masuk ke sini soalnya rumahku nggak kelihatan megah dan mewah, pasti malingnya mikir-mikir lagi," balas ku.

"Mending bawa aja kuncinya ke mana-mana," ujar Bella menasihati.

Aku mengangguk kecil menyetujui saran Bella sambil membuka pintu dan Bella nyelonong masuk layaknya rumah sendiri. Aku pergi ke kamar untuk mengganti baju dan menyiapkan minuman untukku sendiri. Kalau Bella mana mau minum air putih yang katanya air di rumahku gak ada manis-manisnya. Ucapannya mengingatkan ku pada sebuah iklan tapi sudahlah.

"Tukeran yuk!" ucap Bella sambil tiduran di karpet menatapku yang baru datang dari dapur.

"Maksudnya?" aku masih belum konek apa yang Bella katakan beberapa detik lalu.

"Lo tinggal di rumah gue dan dan gue tinggal di rumah lo," jelasnya tersenyum seolah itu ide paling brilian yang dilontarkannya.

Aku menggeleng cepat, apa-apaan ingin ganti-gantian rumah memang kurang apa di rumah Bella sampai mau tukeran tempat tinggal sama rumahku yang sederhana ini?

"Rumah kamu kan luas masa mau tukeran tempat sih?" kataku tak setuju.

"Yaudah tukeran orang tua gimana?" tawarnya lebih meyakinkan.

Pilihan kedua lebih parah lagi, aku melemparkan boneka ayam ke arah Bella. Sepertinya otak Bella perlu di refresh karena perkataan yang tidak jelas itu.

Aku menyodorkan minuman air putih yang belum sempat diminum padanya lalu dia teguk sampai habis.

"Kenapa sih kamu?" tanyaku bingung.

"Gue kesel sama kedua orang tua gue masa mereka maksa banget padahal gue nggak mau," jawab Bella sedih bercampur kesal. Suaranya seperti orang akan menangis.

Oh ... aku mulai mengerti sekarang. Bella itu selalu dikekang oleh kedua orangtuanya agar mengikuti les belajar tambahan tapi Bella yang sukanya santai kayak di pantai tentu saja tidak setuju.

"Bell ini hampir magrib kenapa supir kamu belum jemput?" aku melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah enam sore.

"Gue mau pulang sendiri," sahut Bella sudah berdiri.

Lihat selengkapnya