Pasar Malam Terkutuk

Yaraa
Chapter #4

4. [Tiara Nadira]

[Tiara Nadira]


Sepulang dari sekolah aku bersama Bella makan di warung kedua orangtuaku. Aku heran dengan Bella saat menyantap makanan buatan ibuku begitu lahap seolah belum makan satu tahun lamanya sampai aku merasa kenyang duluan setelah melihatnya makan.

"Bu, aku mau lagi dong sayur lodeh nya!" Bella memanggil ibuku sembari memberikan piringnya yang setengah habis.

Ibuku tersenyum lalu mengambil piring Bella untuk menambahkan sayur lodeh sesuai permintaannya. Aku tak menyangka di mulut Bella sebegitu lezatkah masakan ibuku?

Aku ke belakang untuk mencuci piring juga tangan karena sudah selesai dan kembali ke depan menunggu Bella yang masih lahap makan.

"Kenyang juga!" ujarnya dan dengan tidak tahu malu Bella bersendawa cukup kencang untungnya warung di jam segini masih sepi pembeli.

"Kamu sehat?" tanyaku menatap Bella heran.

"Sehat jasmani dan rohani, kenapa?" dia balik bertanya sambil mencuci tangannya di baskom kecil khusus cuci tangan dan tak perlu repot-repot ke belakang sepertiku setelah selesai makan langsung piringnya dicuci sendiri.

"Cara makan kamu persis orang kerasukan, rakus banget," ucapku geleng-geleng.

"Gue baru nemu makanan enak, di rumah bosen itu lagi itu lagi menu masakannya," kata Bella lalu meneguk es jeruk.

"Kalau gitu kamu mampir kesini setiap hari nak, ibu masakin!" ujar ibuku dari dalam warung.

Bella tersenyum ke arah ibuku. "Iya Bu, Bella bakal sering mampir."

"Bu, ayah dimana?" tanyaku tidak melihat keberadaan Ayah di warung.

"Lagi nganterin pesanan ke depan," jawab ibuku.

Aku mengangguk lalu berpamitan pulang kepada Ibu kemudian Bella malah mengikuti ku bukannya menelpon pak Samsul untuk menjemputnya pulang.

"Kok kamu nggak pulang?" aku berhenti berjalan saat Bella terus saja mengikuti kemana aku pergi.

"Lo ngusir gue?" tanyanya tak percaya.

"Nggak biasanya jam segini kamu berkeliaran, kan harusnya udah pulang?" jawabku.

"Bosen, oh iya, nih!" Bella mengeluarkan sebuah jaket berwarna navy dari dalam tasnya lalu di sodorkan padaku. Aku hanya diam menatap jaket di tangan Bella tanpa mau menyentuhnya sama sekali.

"Ini buat lo!" ujarnya mengambil tanganku agar menerimanya.

Aku menatap Bella. "Serius?"

"Iya, tenang itu masih baru kok," jawab Bella juga mengeluarkan jaket berwarna hitam lalu dipakainya sedangkan aku masih tak menyangka Bella memberikanku jaket mahal bukan kaleng-kaleng.

"Lo nggak bisa pake jaket?" tanyanya memperhatikan ku yang masih takjub dengan jaket mahal pemberiannya.

Aku pun segera memakai jaket itu dan pas sekali di ukuran tubuhku. Rasanya nyaman juga ... tak bisa dijabarkan dengan kata-kata pokoknya saat memakai jaket yang diberikan Bella padaku.

Lihat selengkapnya