Pasar Malam Terkutuk

Yaraa
Chapter #5

5. [Tiara Nadira]

[Tiara Nadira]


Setelah berganti pakaian menjadi pakaian olahraga aku dan teman-temanku pergi ke lapangan namun Agung malah menyarankan olahraga di luar lapangan sekolah supaya lebih luas saat berolahraga nanti. Pak Nugraha tentu saja menyetujui lagipula lapangan yang dimaksud Agung tidak jauh dari SMA Alengka.

Aku berjalan ke lapangan dengan malas bahkan sampai tertinggal dari rombongan kelas 11-B. Kalau Bella sudah pasti paling depan karena lapangan sekarang jadi tempat favoritnya setelah film horor. Benar saja, aku tiba paling akhir sementara teman-temanku sedang mendengarkan arahan dari pak Nugraha untuk membahas olahraga apa yang akan kami lakukan hari ini di lapangan luar sekolah.

"Kalian pemanasan dulu sebelum berlari," suruh Pak Nugraha menginstruksi pada kami semua.

Apa? lari. Aku tidak suka berlari dan aku paling payah di olahraga bernama lari. Bisa-bisa aku paling terakhir sampai lagi, harusnya pak Nugraha mengusulkan olahraga yang ringan-ringan saja contohnya pemanasan atau menyuruh kami berdiri beberapa menit dibawah sinar matahari pagi. Itu lebih gampang dan aku sanggup melakukannya. Sinar matahari pagi kan mengandung vitamin D yang baik untuk kesehatan tulang dan kulit manusia namun dalam catatan gak lama-lama ya karena bisa gosong nanti kulitnya terbakar oleh terik matahari. Bukannya sehat yang didapat melainkan sakit kulit ih... aku tidak sanggup membayangkannya.

Karena namaku berawal dari huruf 'T' peng-absenan giliran ku masih lama dan sembari menunggu aku melihat Agung, Bella dan teman-teman yang lain sedang beradu lari membuktikan siapa yang paling tercepat.

Bella datang menghampiri ku dengan napas terengah-engah. Wajahnya juga memerah karena kecapekan dan mungkin hal itu akan terjadi kepadaku sebentar lagi.

"Waktu lari gue 2 menit 14 detik, lo bisa gak ngalahin gue?" Bella seperti menantang ku.

"Lihat nanti aja, aku mah pasrah mau menitan nya paling banyak juga," jawabku tidak yakin.

Bella terkekeh kecil mendengar ucapan ku yang menyerah sebelum mencoba lagipula terakhir aku olahraga lari itu sudah lama dan untuk sekarang aku tidak sempat untuk berolahraga. Paling mentok jalan ke dapur balik lagi ke kamar intinya mengelilingi sekitar rumah saja, enggan kemana-mana.

Kini, tiba saatnya giliran ku untuk berlari melawan Tania. Setelah mendengar suara peluit yang ditiup dari mulut Pak Nugraha, aku mulai berlari secepat yang aku bisa lalu kembali ke titik awal dengan napas naik-turun.

"Dua menit 15 detik," kata pak Nugraha menghentikan penghitung waktu ditangannya. Aku pun sibuk mengatur napas sementara Tania masih berlari ke titik awal. Ternyata aku memang tak se-payah itu dalam berlari dengan Bella saja hanya beda satu detik. Boleh lah aku menjadi atlet lari tapi larinya jangan jauh-jauh soalnya bikin capek.

"Curang ya lo piranha?" Agung tiba-tiba menghampiriku yang sedang mengambil napas.

Curang apanya? orang aku lari sesuai petunjuk dari pak Nugraha namun Agung malah menganggap ku curang.

Cowok ini pengen dilempar ke rawa-rawa kayaknya.

"Heh piranha!" Agung mulai kesal karena aku diamkan.

"Gue Tiara bukan piranha," ucapku setelah berhasil mengatur napas.

"Lo kan ganas kayak ikan piranha," lagi-lagi Agung mengibarkan bendera perang kepadaku.

Lihat selengkapnya