[Bella Mewangi]
Aku tahu Tiara tidak suka berada disini tapi ayolah! ini sudah terlanjur, jadi untuk apa bersedih hati lagipula tidak terlalu buruk juga berada di pasar siang meskipun terasa seperti udara di malam hari.
"Agung ada disini nggak?" tanya Tiara seketika membuatku terdiam kemudian mengedarkan pandangan ke segala arah.
"Mungkin dia ada di sebuah permainan nanti juga bakal ketemu," kataku santai. Namun sebenarnya aku juga khawatir saat Agung sudah menghilang di depan pasar ini tapi bagaimana lagi namaku Bella Mewangi yang suka nonton film bertema horor dan pantang mundur kalau keinginannya tak dipenuhi.
"Tapi Bell, kita datang kesini karena Agung. Oh iya, katamu tasnya ada kan?" Tiara kembali bertanya seolah kehadiran Agung disini memang harus ada.
Aku mengangguk kecil bahkan aku juga mengambil tasnya lalu diperlihatkan kepada Tiara namun kenapa Tiara seolah tak melihatnya?
Memang ini semua karena Agung yang membawa ku bersama Tiara ke pasar malam ini tapi masalah itu mungkin bisa di lupakan sejenak. Lebih baik mencoba salah satu permainan, tadi kan sudah membeli tiketnya di depan dan aku mendapatkan tiket berwarna putih. Aku juga merasa sedikit iri sama Tiara yang dapat tiket emas. Sudah mirip ajang pencarian bakat saja tiketnya dibedakan hanya saja ini tiket masuk wahana bukan tiket masuk audisi. Kalau seandainya tiket audisi aku nggak bisa lolos karena dapat tiket warna putih polos.
Ku perhatikan Tiara terus saja melamun entah memikirkan apa. Aku pun memilih mendekati stand makanan bertuliskan tahu tanpa mengajaknya.
"Bella jangan!" Tiara berlari kecil mendekat ingin mencegahku makan tahu.
"Ini tahu Tiara, emang yang lo lihat apa?" tanyaku karena Tiara terus saja merasa khawatir berlebihan dengan apa yang aku lakukan.
"Itu–" Tiara menunjuk tahu yang ku pegang dengan pandangan menyelidik.
Aku sedikit takut dengan ekspresinya seolah tahu di tanganku mengandung sesuatu atau menyerupai sesuatu.
Bella don't panik! dan jangan sampai Tiara melihat wajah ketakutan ku
"Tahu hahaha." Tiara tertawa terpingkal karena mungkin melihat ekspresi wajahku yang ketakutan padahal sudah ku tahan agar tak keluar.
Aku mengembuskan napas lega. "Gue kira apa? enaknya tahu ini dimakan bareng cabe, menurut lo cabe yang mana yang harus gue makan cabe merah, cabe hijau, cabe rawit, atau cabe-cabean yang mangkal dijalan raya terus boncengan tiga?" aku mulai membuat lelucon supaya Tiara tidak merasa cemas lagi.
"Itu mah beda lagi mana bisa dimakan," ujar Tiara lagi-lagi tertawa karena obrolan yang aku buat.
Aku mulai memakan tahu itu dengan satu cabe rawit hijau ketika ingin mengambil tahu untuk dimakan lagi Tiara menahannya.