Pasar Malam Terkutuk

Yaraa
Chapter #20

20. [Bella Mewangi]

[Bella Mewangi]


Aku, Tiara dan Agung akhirnya kembali berkumpul di tempat yang sama membuat aku bingung untuk berkata apapun lagi saat ini. Tapi namaku Bella Mewangi pantang untuk menangis apalagi di depan teman-teman tercinta.


Setelah menghilangkan segala luka oleh air pemberian Airin, Tiara dan aku menunggu Agung sadar dan kami bertiga memecahkan misteri lambang gitar yang menempel di dinding. Tapi berkat Agung yang sok tahu walaupun rada nyebelin, dia ada gunanya juga disaat begini hingga lambang gitar itu menjadi gitar benar-benar sebuah gitar perpaduan antara warna emas dan hitam. Keren pokoknya!


"Nih gitarnya kalian bisa pake!" Agung menyodorkan gitarnya kepadaku.


"Pake apa? gue gak ngerti cara mainnya." aku menolak mana paham cara mainnya. Memang hanya dipetik saja tapi kan harus diasah lagi kemampuannya. Kalau soal petik buah mangga aku jagonya. Itupun kalau mangganya berbuah di halaman belakang rumah.

"Kalo lo Tiara?" Agung melirik Tiara disamping ku.

"Gue juga mana ngerti,"

Ternyata Tiara juga sama tidak paham bermain alat musik bernama gitar namun kelebihan seorang Tiara Nadira adalah bisa menyanyi. Aku pernah sekali sih mendengarnya waktu itu. Saat aku tak sengaja main ke rumahnya tanpa calling-an dulu eh dia lagi nyanyi sambil ngepel di teras.

Seketika dia malu langsung masuk ke dalam rumahnya meninggalkanku sendirian di depan teras. Perasaan aku gak akan bereaksi berlebihan deh kenapa Tiara harus kabur begitu setelah melihatku?

"Terus apalagi nih yang harus di sembur air, wajah lo mungkin?" tanyaku pada Agung.

Agung dengan sigap melindungi wajahnya. "Enak aja tuh muka si piranha aja dia marah-marah mulu kerjaannya," dia menunjuk Tiara.

Aku menoleh ke arah Tiara yang sedang anteng melihat gitar tidak seperti Agung tuduhkan sedang marah-marah apa Tiara anteng begitu?

"Lo aja, siapa tau nanti muka lo jadi glow terus banyak yang mau," aku memberikan saran.

Agung menggeleng kemudian pindah tempat sejauh mungkin dari jangkauan ku. "Sana jauh-jauh dari gue! radius 5 kilometer," katanya memperingatkan.

Aku mendengkus lebih memilih mendekati Tiara saja yang fokus memperhatikan gitar.

"Ra, menurut lo apa bisa kita keluar sekarang?" tanyaku pada Tiara.

Tiara menoleh. "Bisa tapi seseorang itu–" dia seperti tak sanggup menyebutkan.

Aku paham Tiara sangat takut dengan orang yang berubah-ubah wajahnya begitu juga denganku sama takutnya namun aku harus lebih berani kalau tidak ada yang berani mana bisa keluar dari pasar malam terkutuk ini. Bisa-bisa kami bertiga terjebak selamanya lalu dibunuh ih serem dan tekad ku sudah bulat harus mencari jalan keluar.

"Agung!" aku memanggil Agung yang sedang jaga jarak.

"Apa lo mau nyembur gue?" dia malah nge-gas.

"Cowok kok sensian!" cibirku, lebih baik ngobrol dengan Tiara saja. "Tiara menurut lo apa rencana paling keren keluar dari sini tanpa bertemu orang berubah wajah?" aku mulai bertanya.

"Aku juga belum tau," jawabnya lesu.

"Gue tau nih lihat!" Agung mengambil tiket ku.

Aku akan berteriak marah padanya karena menumpahkan air di atas tiket namun sebuah tulisan muncul membuatku urung berteriak.

Lihat selengkapnya