Pasar Malam Terkutuk

Yaraa
Chapter #24

24. [Tiara Nadira]

[Tiara Nadira]


"Terimakasih ya Airin!" kataku setelah pak Samsul keluar untuk mengantarkan dokter.

"Jangan berterimakasih sama aku kak. Oh iya, ini punya kakak kan?" Airin memberikan gantungan gitar bercorak emas dan hitam persis gitar waktu di pasar malam.

Ini kok bisa jadi gantungan buat kunci?

Apakah Airin punya ilmu mengecilkan benda-benda lalu di rubah menjadi aksesoris?

"Gitar itu sudah tidak digunakan jadi berubah. Kakak simpan baik-baik ya!" ujar Airin tersenyum kearah ku.

Aku mengangguk kecil mengantarkannya sampai gerbang rumahnya lalu melambaikan tangan saat Airin masuk ke dalam. Meskipun masih bingung bagaimana bisa sebuah gitar menjadi miniatur gantungan padahal aku tidak ingat kemana gitar itu pergi setelah pak Samsul datang menjemput. Tapi, Airin dengan mudahnya memberikan gantungan miniatur gitar yang sama lalu mengatakan harus menjaga dengan baik-baik karena sudah tak digunakan terus kalau digunakan gitar miniaturnya apa bisa berubah kembali seperti semula begitu?

Daripada tambah bingung memenuhi isi kepala, ku putuskan kembali ke dalam rumah menyimpan gantungan kunci itu di saku kemudian mampir ke dapur mencari minuman dingin karena tenggorokanku terasa kering setelah melewati kejadian-kejadian aneh beberapa jam lalu di tambah lagi–sudahlah terlalu banyak sekali rintangan lebih baik aku mendinginkan otak dulu untuk sekarang.

Kulkas besar nan mewah milik keluarga Bella aku buka dan didalamnya wah! minuman beraneka rasa tersedia. Ini Bella atau keluarganya mau jualan minuman botol atau gimana?

Stoknya bisa buat setahun hidup tapi kalau minum jus botol terus apa tidak akan terasa penuh air di dalam perut? yang ada malah bolak-balik masuk toilet karena ingin buang air kecil melulu. Mataku fokus mencari minuman rasa strawberry setelah berhasil menemukannya langsung ku ambil lima. Hehe gak papa dong! Bella saja di rumahku selalu punya prinsip anggap saja rumah sendiri dan aku menerapkan prinsip tersebut di rumah Bella lagipula lima botol tidak akan membuat kulkasnya bolong.

Aku meletakkan lima botol minuman di ruang tamu kemudian meneguknya hingga tak terasa sekitar dua jus botol minuman rasa strawberry sudah aku teguk habis tak tersisa sembari menunggu sang pemilik belum juga sadar dari pingsannya.

"Apa sebaiknya dibilang sama–" Pak Samsul gelisah di sampingku memperhatikan Bella.

"Jangan pak! nanti juga Bella bangun kok bapak tenang aja," aku menjawab kekhawatiran pak Samsul.

Pak Samsul terus mondar-mandir ke ruang tamu sesekali mengecek ponselnya mungkin ingin menghubungi kedua orang tua Bella namun aku cegah takutnya mereka semakin khawatir perihal keadaan Bella saat ini. Jangankan Bella, Agung saja yang lebih parah lukanya belum juga sadar.

"Biar saya yang jaga mereka, bapak bisa lanjutin pekerjaan yang belum dikerjakan," ujar ku karena kasihan juga pak Samsul bolak-balik tapi bingung mau berbuat apa.

"Beneran neng saya gak perlu nelepon?" tanyanya sekali lagi dan kalau sampai tiga kali aku kasih pak Samsul mangkok ayam jago sebagai bonus.

Lihat selengkapnya